Worried

542 59 7
                                    

Hujan terus turun membasahi kota Tokyo. Membuat sang malam terbalut dingin, menusuk ke tulang setiap insan yang masih terjaga saat itu. Tak terkecuali Hiroshi. Sudah hampir 6 jam berlalu. Namun, tidak ada satupun pesan masuk dari Lisa, gadis pujaannya. Dia begitu penasaran dengan hasil pembicaran antara Lisa dan adiknya, Haruto.

Ya. Hiroshi tahu bahwa Lisa bertemu dengan Haruto hari ini. Dia juga sebenarnya tahu bahwa Lisa pasti menolak perasaan adik bungsunya. Namun entah mengapa, Hiroshi perlu memastikan cerita itu langsung dari Lisa. Harusnya pembicaraan mereka sudah selesai dan Lisa pasti sudah menelponnya. Tapi mengapa tidak ada satupun kabar? Dan apakah dia sudah mendengar deru sepeda motor Haruto??

Hiroshi tercengang, cepat – cepat dia beranjak dari tempat tidurnya. Ini aneh. Benar – benar aneh. Haruto belum pulang! Tidak terdengar sama sekali deru sepeda motornya. Kemana anak itu? Lisa tidak ada kabar dan bahkan Haruto tidak pulang ke rumah? Apa – apaan ini? Tidak mungkin...

Disambarnya jaket kulit yang menggantung didinding sembari bergegas menuruni tangga. Hiroshi ingin memastikan langsung apa yang terjadi dengan Lisa. Dia akan kerumahnya! Namun. Belum sempat dia sampai ke pintu garasi. Terdengar kakaknya, Hideaki memanggil..

"Mau kemana malam – malam begini, Hiroshi?"

"Aku ingin memastikan sesuatu.. Aku pergi dulu ka!"

"Kemana?"

"Menemui Lisa, sedari tadi tidak ada kabar apapun darinya. Aku cemas."

"Lisa? dia sedang diantar kerumah sakit oleh Haruto, barusan dia menelponku."

"Apaa?? Rumah Sakit?? Apa Lisa menelponmu?"Apa yang terjadi??"

"Bisakah kamu duduk dan bersikap tenang? Bukan Lisa yang mengabari kakak. Tapi Haruto. Dia bilang mungkin dia tidak bisa pulang malam ini. Karena dia ingin menemani Lisa dirumah sakit."

"Apaa? Aku yang akan menemani Lisa! Suruh dia pulang kak. Ah tidak, biar aku saja yang menelponnya.."

"Hiroshi, tunggu.. kenapa kau terdengar begitu cemburu pada adikmu sendiri? Lisa adalah gurunya. Wajar kan kalau dia khawatir... Lagipula bukan Lisa yang sakit. Tapi teman kuliahnya Rosie. "

"Benarkah? kupikir terjadi sesuatu pada Lisa. Ah syukurlah!!"

" Kau belum menjawab pertanyaanku Hiroshi. Kenapa kau begitu gusar mendengar Haruto bersama Lisa??"

"Tentu saja aku cemas kak. Haruto menyukai Lisa. Dia bahkan sudah menyatakan perasaannya..Dasar anak itu.."

"Apaa? Sejak kapan? Bagaimana bisa? Kakak penasaran seperti apa reaksi Lisa"

"Lisa jelas dan pasti akan mengatakan tidak. Aku kasihan pada anak itu. Tapi, entah kenapa aku senang..hehehe.."

"Kurasa kalian berdua tidak mengenal secara dekat. Bagaimana kau begitu yakin Lisa akan mengatakan tidak untuk Haruto?" Selidik Hideaki.

"Ah iyaa, aku lupa memberitahu kakak. Aku dan Lisa berpacaran sejak dua hari yang lalu. Lebih tepatnya kami kembali bersama. Detailnya seperti apa, aku akan ceritakan lain waktu. Sekarang aku harus pergi."

"Berpacaran?? Kalian berdua?? Kapan kau mendekatinya?? Apa...."

"I would never fall in love again until I found her.."

Belum sempat Hideaki menyelesaikan kalimatnya, tiba – tiba terdengar handphone Hiroshi berdering. Rupanya Lisa yang menelpon. Secepat kilat pemuda itu mengangkatnya.

"Lisa, kenapa baru menghubungiku? Sekarang kamu dimana? Apa kau baik – baik saja? Aku akan kesana sekarang juga!!"

"Maaf Hiro-kun, ponselku lowbat. Aku masih berada di rumah sakit, untuk menemani Rosie. Jangan khawatir, aku baik – baik saja. Kita bertemu besok pagi oke?? Sekarang sudah larut malam."

"Tidak bisa! Aku akan kesana sekarang. Lagipula, kenapa harus kau yang menemani Rosie?? Dia pacarnya Keita bukan? Aku akan menelpon si brengsek itu.."

"Hiro-kun. Dengarkan aku. Ini sudah larut malam. Aku tahu benar jika kamu tergesa – gesa, kamu akan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Itu berbahaya. Rosie adalah teman baruku di kampus. Dia tinggal seorang diri di Korea karena seluruh keluarganya berada di Australia. Dan kenapa bukan Keita yang menungguinya, karena mereka sedang bertengkar... "

"Aaah,, apa Keita tahu pacarnya sakit?"

"Belum, Rosie tidak memperbolehkan aku memberitahunya.."

"Kalau begitu aku yang akan memberitahunya. Ah, dan satu lagi.. Dimana Haruto? Aku tidak mendengar suaranya sama sekali.."

"Haruto?? Dia tertidur pulas di sofa. Aku ingin memintanya pulang tapi tidak tega membangunkannya. Sedari tadi dia mondar – mandir membantuku menjaga Rosie.."

" Sebetulnya aku tidak ingin membiarkan kamu bersama pria lain. Walaupun itu adikku sendiri. Tapi untuk kali ini, aku lega Haruto disana. Setidaknya, kamu tidak sendirian..."

"Terima kasih Hiro-kun. Aku sayang padamu."

"Aku lebih menyayangimu Lisa."

"Kalau begitu, sudah dulu. Sampai bertemu besok."

"Tunggu Lisa!!"

" Ya?"

"Bagaimana pembicaraanmu dengan Haruto? Apa reaksinya mendengar jawabanmu?"

"Ah itu.."

"Iya, Kamu sudah bilang kita berpacaran kan? Jadi tidak ada lagi kesempatan untuknya. Iya kan?"

"Belum, dia melarangku mengatakan apapun sebelum mengabulkan satu permintaannya. Dan aku sudah berjanji akan mengabulkannya.."

"Ada - ada saja anak itu. Apa yang kali ini dia inginkan.."

"Dia ingin pergi ke Ginza berdua denganku, Hiro-kun.."

"APAAA???"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love You in JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang