Part III

1.8K 246 4
                                    

Haruto berjalan gontai menyusuri trotoar. Dia sungguh malas pulang hari ini. Masih teringat teguran dari Sensei Akira bahwa nilai Bahasa Inggrisnya anjlok.

"Aku kan orang Jepang, wajar dong kalau Bahasa Inggrisku jelek" rutuknya dalam hati. "Kalau nilaiku ini sampai ketahuan oleh Oniisan, bisa habis – habisan aku diledek" lanjutnya sebal.

Dia mengingat kembali lowongan pekerjaan yang dia pasang di website pencarian kerja. Sudah seminggu berlalu, tidak ada kandidat guru les yang sesuai dengan kriterianya. Langkahnya terhenti di halte bus. Bus yang ditunggunya belum juga terlihat. Haruto memutuskan duduk di kursi tunggu. Sesaat kemudian, terdengar notifikasi dari handphonenya. Notifikasi email dari website pencari kerja. Haruto membacanya dengan malas. Benar juga, email tersebut memberitahukan ada kandidat yang melamar.

Dia klik halaman profilnya.

Ohayou,

Saya Takata Lalisa,

Saya melihat lowongan pekerjaan ini dan saya rasa pekerjaan ini sangat cocok untuk saya. Saya berusia 20 Tahun dan sekarang masih berstatus sebagai Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris semester 6 di Universitas Tokyo. Jika anda berkenan, tolong hubungi saya di nomor : +81 511 xxxxxx.

Haruto tertegun. Dia rasa kali ini  menemukan guru les yang sesuai kriterianya. Dia hubungi nomor tersebut.

" Konnichiwa, apakah benar ini dengan Nona Takata Lalisa?" ucap Haruto.

"Konnichiwa, iya betul dengan saya sendiri. Maaf, dengan siapa saya berbicara?" sahut suara di seberang telepon. Haruto terdiam sesaat. "Wah, suaranya manis sekali" batinnya.

"Maaf saya dengan Watanabe Haruto, saya yang memasang iklan lowongan guru les. Apakah anda bersedia bertemu dengan saya untuk membicarakan jadwal dan honor?" sahut Haruto.

" Oh, tentu Haruto-kun. Bagaimana kalau kita bertemu di Childhood Cafe hari Sabtu ini? Balas Lisa.

"Baik Nona Lisa, See you later" Kata Haruto gugup. Baru kali ini dia tersipu mendengar namanya dipanggil seorang gadis.

Sesampainya dirumah, dilihatnya mobil kakak - kakaknya sudah terparkir rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya dirumah, dilihatnya mobil kakak - kakaknya sudah terparkir rapi. Tidak biasanya jam segini mereka sudah dirumah.

"Tadaima" serunya. Haruto melangkahkan kakinya masuk ke ruang tengah.

"Okaeri" jawab seorang laki – laki dari dapur. Laki laki itu menoleh kepadanya sambil berkata     " Haruto, segera mandi dan ganti baju, sebentar lagi makan malamnya siap. Jangan lupa bangunkan kakakmu Hiroshi. Kita makan bersama"

"Nee, Oniisan" jawabnya.

Dan disinilah mereka bertiga. Haruto dan kedua kakak kandungnya. Yang memasak di dapur tadi bernama Watanabe Hideaki, Dia adalah anak pertama. Dan yang baru saja bangun tidur bernama Watanabe Hiroshi.

"Bagaimana sekolahmu, Haru?" tanya Hideaki. Dia selalu memantau perkembangan adiknya.

"Hari ini aku ditegur Sensei Akira karena nilai Bahasa Inggrisku turun" sahut Haruto yang sibuk dengan omeletnya.

"Apa?? Bagaimana bisa nilai Bahasa Inggrismu turun? Tiga hari yang lalu aku kan sudah mengajarimu?" imbuh Hiroshi.

"Tidak tahu Oniisan. Saat aku mendengarkan penjelasanmu, aku malah semakin tidak mengerti. Kurasa guru les adalah penyelesaian yang tepat" jawab Haruto.

"Kurasa itu ide yang bagus. Baiklah kalau itu maumu, aku akan segera mencarikan guru les untukmu. Belajarlah yang benar" dukung Hideaki.

" Tidak perlu Oniisan. Aku sudah menemukan guru yang tepat. Dia seorang mahasiswi jurusan Sastra Inggris semester 6 di kampus yang sama denganmu. Hari Sabtu ini aku akan bertemu dengannya" sahut Haruto dengan gembira.

"Wah, bahkan kau sudah mencari sendiri guru lesmu. Haruto bertambah dewasa ya sekarang. Buatlah janji temu jam 10 pagi. Kakak akan menemanimu" kata Hideaki.

" Tidak bisa, aku akan menemuinya sendiri. Aku akan membicarakan jadwal les dan juga kesepakatan honor. Aku bisa mengurusnya" tolak Haruto. Dia sudah kelas 2 SMA. Sudah mampu mengurus urusannya sendiri. Begitu pikirnya.

"Baiklah,baiklah. Kakak mempercayaimu. Temuilah dan katakan bagaimana hasilnya kepadaku"sahut Hideaki tersenyum

I Love You in JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang