24. Believe You

839 123 138
                                    

hi~ i'm back! part ini agak panjang, enjoy:)

Perihal fakta yang kemarin siang Lilla tahu, sampai saat ini dirinya masih belum bisa mempercayai itu semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perihal fakta yang kemarin siang Lilla tahu, sampai saat ini dirinya masih belum bisa mempercayai itu semua.

Lilla masih merasa bingung, aneh dan tak wajar. Otaknya selalu memutar-mutar pertanyaan yang sama hingga membuat dirinya menjadi frustasi sendiri.

Pertanyaan seperti; mengapa hal itu bisa terjadi? Siapa lelaki brengsek itu? Apakah benar-benar Hyunjin? Apa yang membuat mimpi Minho menjadi nyata? Lalu mengapa harus dirinya? Apa jangan-jangan dirinya-lah yang sedang bermimpi?

Minho tidak mungkin berbohong hanya karena ingin menarik simpati Lilla, apalagi sampai menangis dan bergetar seperti kemarin.

"Aneh." Lilla menghela nafas cukup panjang sedari memandangi wajah Minho. Sosoknya tengah tertidur karena hari memang masih ralut malam.

Lilla tidak bisa tidur. Meskipun mencoba dia tetap terjaga. Alasannya tentu karena memikirkan Minho dan mimpinya.

"Aisshh!" desis Lilla saat otaknya memikirkan bayang-bayang dirinya di mimpi Minho. Dengan membayangkannya saja sudah membuat Lilla takut. Apalagi jika benar-benar terjadi?

Lilla mengusap kasar wajahnya, perasaannya kini tidak tenang. Dia selalu berdebar sejak tadi pagi. Telapak tangannya juga tak henti-henti berkeringat dingin.

Mencoba meredakan sensasi dingin itu, Lilla pun memasukkan kedua tangannya ke dalam selimut. Mencari keberadaan tangan Minho lalu digenggamnya kedua telapak tangan itu hingga membuat Minho membuka perlahan kedua matanya.

"Kenapa, dek?"

"Aku takut."

"Takut kenapa?"

"Nggak tau..."

Hening sejenak. Minho masih belum sepenuhnya sadar oleh karena itulah dirinya masih linglung.

"Kamu nggak tidur gara-gara itu?"

Lilla mengangguk.

"Aku nggak bisa tidur gara-gara kebayang gimana jadinya kalo kamu nggak berhasil nyelamatin aku."

"Aku juga takut kalo kamu tiba-tiba pergi."

"Terus gimana kalo nanti kejadiannya terulang lagi? Aku harus apa?"

"Udah, udah."

"Nggak ada yang perlu ditakutin sayang," Minho sedikit mencondongkan dirinya lalu merengkuh tubuh Lilla menuju dekapannya, "aku nggak kemana-mana, aku selalu disini." bisiknya sambil berusaha menenangkan Lilla dengan menepuk-nepuk punggungnya.

Pelukan besar Minho selalu terasa hangat dan membuat nyaman.

"Ayo tidur, kenapa masih bengong?"

Lilla malah menggelengkan kepalanya dengan wajah masam.

"Duluan aja. Aku mau liatin kamu tidur dulu."

MDMH: Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang