38. a Long Day

480 56 123
                                    

siap-siap tergonjang-ganjing dengan kelakuan li-lla di sini.

siap-siap tergonjang-ganjing dengan kelakuan li-lla di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sungchan, kakak pergi dulu."

"Iya kak. Kalian berdua hati-hati di jalan."

"Jangan khawatir, nanti tiga bocah itu aku kasih makan kok. Have fun, pokoknya!"

"Pasti." Minho mengangguk. "Kami pergi sekarang, ya." pamit Minho sekali lagi.

Seusai melihat anggukan kecil Sungchan, barulah Minho menginjak pegal gas bersamaan menutupnya pintu jendela.

Belum juga keluar dari komplek, Lilla sudah berbalik, mengambil selimut berwarna abu-abu yang tadi dia taruh di kursi penumpang. Perempuan itu menyelimuti setengah tubuhnya dengan selimut tebal itu.

"Eh? Kok udah mau tidur aja?" Minho terbingung-bingung melihat gelagat Lilla yang tampak mengambil posisi tidur.

"Kamu minum antimo tadi?"

"Hah? Nggak kok." Lilla menggeleng tegas. "Aku cuma mau ngambil posisi nyaman aja hehe. Pinggang aku agak pegel."

"Lagian Bogor nggak terlalu jauh. Lewat tol, kan, makin cepet. Jadi nggak perlu minum antimo segala."

"Kayak bocah aja."

"Iya, sih. Tapi, kan. untuk jaga-jaga aja."

"Kalo nanti di tengah tol kamu muntah, kan rempong." Minho melirik Lilla sesaat, memastikan jika perempuan itu tengah mendengarnya. Kemudian Minho kembali bersuara.

"Dulu waktu kecil, aku dan sekeluarga pernah mudik ke Bandung. Aku sempet sombong lho. Aku nolak minum antimo karena nggak mau dianggep lemah. Di awal-awal perjalanan aku ngerasa baik-baik aja, makannya aku ngerasa nggak butuh minum itu."

"Ehh, tapi taunya, di tengah perjalanan, perut aku tiba-tiba nggak enak. Kepala aku pusing banget, asam lambung aku naik."

"Dan parahnya lagi, kemarin itu aku duduk di kursi paling belakang, bareng ponakan yang lain. Sempit, banyak barang-barang, ditambah lagi jalannya berliku-liku."

"Terus pengharum mobilnya rasa jeruk?!!"

"Tepatnya!"

"Hahh?!"

"Coba bayangin, betapa tersiksanya aku waktu itu."

Lilla geleng-geleng iba.

"Terus? Kamu muntah?"

"Aku sempet tahan beberapa jam, walaupun pada akhirnya aku muntah juga."

"Di dalem mobil??!"

"Nyaris." ralat Minho. "Aku muntah pas mampir ke rest area." kata Minho membenarkan.

"Telat sedetik aja kursi tengah udah banjir muntahan aku, sih, hahaha." katanya lagi sambil tertawa pingkal-pingkal.

Lilla yang mendengar itu sontak menutup mulutnya. Lilla dapat membayangkan betapa tidak enaknya kondisi yang dialami Minho saat itu. Hawa mobil setelahnya juga pasti sangat tidak bagus!

MDMH: Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang