Extrapart: That Night

284 18 10
                                    

Aku lagi-lagi gagal...

Pernikahan tanpa cinta ini berjalan bak air yang terus saja mengalir tanpa tahu kemana pada akhirnya akan berlabuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernikahan tanpa cinta ini berjalan bak air yang terus saja mengalir tanpa tahu kemana pada akhirnya akan berlabuh. Perjanjian konyol itulah yang menjadi satu-satunya pondasi paling kuat di dalam hubungan ini. Satu-satunya hal yang selalu Minho pakai untuk bisa singgah di 'rumah' milik Lilla.

Tembok milik Lilla terlalu keras untuk ditembus. Lebih sulit dari yang Minho kira. Ada beragam rintangan yang Minho temui. Meskipun bukan pertemuan pertama, namun, banyak perubahan dari Han Lilla yang Minho kenal.

Lilla yang tak mengenali Minho lagi adalah salah satu alasan mengapa sikap itu begitu dingin. Minho menyadari ini, tapi tidak terlalu masalah baginya. Selagi perempuan itu ada di sampingnya, Minho sedikit tenang.

Meskipun sikap istrinya terus-terusan membuat darah Minho naik satu liter, namun Minho tetap menyayanginya.

"Lilla, ini udah jam tujuh. Buruan, nanti macet." panggil Minho di depan pintu kamar Lilla.

"Sabar dulu napa!" balas Lilla dengan teriak. "Aiiishh! Kemana lagi kemeja ituu?!" gerutu perempuan itu dari dalam kamar. Minho yang mendengar gerutuan itu hanya geleng-geleng.

Beginilah situasi pagi di rumah tiap hari.
Minho yang cepat bersiap, sedangkan Lilla yang sangat sangat lama dan lelet.

Kadang Minho sudah berpakaian rapi di saat Lilla masih sibuk mencari pensil alisnya atau ribut kehilangan barangnya.

Benar-benar menguras emosi. Di tambah lagi perempuan itu tidak bisa sabar dan terus mengomel disela pencariannya. Minho sudah hapal dengan kebiasaannya yang ini. Jadi, jika terjadi, hal pertama yang Minho lakukan adalah tidak ikut memanasi suasana.

Kalau terlalu lama, paling Minho tinggal pergi duluan.

"Udah ketemu belum?" tanya Minho saat Lilla keluar kamar.

"Belumm."

"Kemeja yang mana?"

"Yang flanel, warna coklatt. Lo liat, nggak?"

Minho seketika diam. Diamnya sebab menyadari sesuatu.

Bahaya. Minho dalam bahaya!

"Duhh, kemana, sih?! Perasaan kemarin gue taruh di sini." omel Lilla sambil menunjuk sofa.

Saat Lilla beranjak pergi menuju dapur, Minho cepat-cepat masuk ke dalam kamarnya.

Minho terburu-buru mencari kemejanya yang berwarna senada dengan kemeja milik Lilla. Minho sedikit mengacak lemari pakaiannya, dan akhirnya Minho menemukan kemeja yang dirinya cari!

Tanpa menunggu lama, Minho menghampiri Lilla sedari menyiapkan diri dari segala amukan Lilla.

"Nih, pake kemeja gue aja dulu." kata Minho sambil menyodorkan kemejanya.

MDMH: Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang