|55,0|

4K 332 28
                                    

Budayakan vote sebelum membaca





////





💜💜💜







warning🔞🌚













Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Alen terbaring di atas ranjang dengan Revan yang sudah berada diatasnya; memagut ranumnya kasar tanda gejolak nafsu yang terasa memuncak.

Kancing kemeja total terlepas ketika Revan dengan buasnya melepas dalam sekali tarikan. Tak peduli beberapa kancing yang putus dari tempatnya akibat tarikan itu.

Alen dibuat kewalahan sebab Revan tak membiarkannya bernapas barang sejenak. Bilah bibirnya dilumat habis hingga dirasa kebas juga membengkak. Setelahnya Revan melebarkan pahanya sebelum dilingkarkan diatas pinggang pria itu. Sedang Alen hanya pasrah dibawah kungkungan.

Revan memutus pagutan sekedar menatap sekembar onyx bulat itu dengan lamat.

Dari atas sini Revan mendapati pemandangan luar biasa manis juga menggairahkan dari sosok yang terbaring dibawahnya; mengangkang lebar nyaris telanjang dengan kelopak mata yang sembab akibat setitik air mata yang menggenang disudut. Kemeja hitam itu tersingkap naik menjadikan dada bersih juga perut ramping itu terpampang begitu menggoda dihadapannya.

Cantik sekali.

Menjadikan Revan tersenyum tipis sebelum kembali mendekat untuk mencium dalam pipi tembam itu lalu menyeretnya turun mengendus pada leher Alen. Tangannya tak tinggal diam, bergerak naik meraba otot perut itu dengan sedikit remasan pelan. Alen bisa merasakan sesuatu yang basah menjilati kulit lehernya, dan yang bisa ia lakukan hanyalah mendongak sembari meremas surai belakang kekasihnya. Menggigit bibir bawah menahan desahan, baru sampai sini dan Alen sudah merasa pening.

Puas dengan leher, Revan memilih bangkit. Merogoh kantung celana sekedar mengambil dompet miliknya. Alen tidak lepas memandangi tiap gerak-gerik sang kekasih, tak bohong jika dia sendiri gugup membayangkan rasanya nanti. Terlalu takut dengan rasa sakit yang mungkin saja akan dia dapatkan. Mengingat dirinya pernah membaca satu artikel yang mengatakan bahwa pada penetrasi pertama akan terasa luar biasa sakit sebab dipaksa melonggar, bahkan bisa sampai berdarah apabila tidak dilakukan dengan benar.

Alen hanya harus percaya pada kekasihnya itu.

Dilihatnya Revan menarik dua saset kecil dari dalam dompetnya. Alen jelas tau apa itu, kemasan silver tercetak lingkaran ditengahnya. Maka ia tersadar sesuatu, sebelum Revan kembali menindihnya Alen sudah lebih dulu terduduk. Membuat pandangan heran dari yang lebih tua.

"A-aku juga ada". Setelahnya Alen menggeser sedikit tubuhnya sekedar meraih laci nakas sebelum mengambil sesuatu dari dalam sana.

Satu kotak kecil berada digenggaman Alen, dan Revan pun terkekeh pelan saat menyadari benda apa itu. Anak itu terlihat malu-malu ketika menyodorkannya pada dirinya.

"Kamu beli ini?". Revan menerima kotak kecil itu dan langsung dibalas anggukan pelan oleh Alen.

Lantas Revan memilih kembali merapat, beri satu kecupan halus dirahang Alen seraya mendaratkan kembali tubuh keduanya diatas ranjang. Kotak tadi ia letakkan dipinggir kasur sedang dua saset miliknya masih ia genggam. Ciuman kembali naik, membelit lidah satu sama lain sesekali memiringkan kepala.

Coach  •ᴠᴋᴏᴏᴋ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang