|20,0|

3.9K 572 49
                                    

Budidayakan vote sebelum membaca


////



💜💜💜







Alen gak pernah berada dimana dirinya harus merasakan dilema terhadap hatinya. Mungkin terlalu berlebihan bagi orang lain, namun menurut Alen, menyukai dua orang sekaligus berhasil membuat kepalanya pusing luar biasa.

Tunggu, bukankah tadi ku bilang dua orang?

Bahkan Alen tak yakin jika dirinya benar-benar menyukai keduanya.

Di satu sisi, Darrel mampu membuatnya nyaman dengan kelakuan humorisnya itu. Sedangkan di sisi lain, terdapat pelatihnya yang akhir-akhir ini sering mengganggu pikirannya.

Dirinya juga tak yakin, apakah salah satu dari mereka menyukainya?

Jadi Alen harus bagaimana?

Di minggu pagi menjelang siang ini Alen hanya bisa bergelung didalam selimutnya tanpa berniat untuk keluar dari kamarnya. Padahal satu jam yang lalu mamanya sudah menyuruhnya turun untuk sekedar sarapan.

Papanya pulang hari ini dari dinas. Seharusnya dirinya menyambut beliau didepan pintu seperti biasanya. Tapi sepertinya untuk hari ini Alen benar-benar tak ada semangat untuk beranjak dari kamar.

Tok tok

Decitan pintu terdengar tanda ada yang membukanya. Suara langkah kaki juga terdengar semakin mendekat.

"Nanda, ini udah jam 10. Ayo makan dulu". Rupanya sang papa yang masuk. Jika kalian bingung kenapa Alen dipanggil Nanda oleh sang papa, maka jawabannya adalah panggilan itu merupakan panggilan kesayangan dari papanya.

Alen menyerah juga akhirnya, dia beranjak dan duduk sejenak.

"Biasanya kalau papa pulang kamu yang paling semangat, ada apa hm?". Tanya papa sembari ikut duduk disamping anak manisnya.

Alen menggeleng kepalanya pelan. "Gapapa pah, aku lagi kecapean kemaren abis latihan paskib. Maaf gak nemenin mama tadi buat nyambut papa". Kekehan terdengar dari papanya. Kepalanya diusap lembut.

"Yaa, gapapa. Kita makan dulu, makanannya udah siap dibawah. Nanti keburu dingin kalau gak dimakan sekarang". Ujar sang papa.

"Papa turun duluan aja, aku mau kekamar mandi dulu". Alen beranjak dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi. Sementara papanya beralih merapihkan kasur Alen yang tampak berantakan.




●●●


"Abang!! Eca mau main ituu". Tunjuk Kesya dengan menarik paksa tangan Revan.

Kini keduanya berada di Mall Gandaria City. Budhenya Revan alias mamanya Kesya meminta dirinya untuk menemani anaknya sebentar karna mamanya dan papanya Kesya mau ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan mamanya Kesya.

Jadi, disini lah mereka.


Amazone town, game center yang berada di dalam mall gancit ini.

Seharusnya mereka makan siang sehabis dari bioskop, namun salahnya Revan malah melewati tempat bermain itu. Ya beginilah jadinya si Kesya, merengek agar mereka berdua masuk ke arena bermain itu.

Revan sedang membeli kartunya, akan tetapi si kecil justru semakin tak sabaran dan menarik ujung baju Revan dengan kencang.

"Kesya sebentar dek, abang lagi beli kartunya dulu biar kamu bisa main". Ucap Revan sembari menahan jemari Kesya agar tak menarik bajunya lagi.

Coach  •ᴠᴋᴏᴏᴋ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang