|46,0|

3.2K 468 48
                                    

*biasa deh kalo lama update ampe berbulan bulan, kebiasaanku apa?

Budayakan vote sebelum membaca



////





💜💜💜






Keduanya turun kebawah bersama dengan Revan yang menggandeng tangan Alen. Sebenarnya Alen sudah menolak untuk bergandengan tangan karna takut dibawah masih ada orang tua pacarnya ini. Namun dirinya salah jika berhadapan dengan Revan. Tak ada penolakan jika menyangkut keinginan Revan.

Alhasil mau tak mau Alen menuruti dan memilih untuk berhati-hati jika orang tua Revan melihatnya.

Namun kekhawatiran Alen benar terjadi ketika dia baru saja sampai diruang tamu. Orang tua Revan bahkan tamu mereka masih ada di sana. Alen merasakan genggaman ditangannya mengerat ketika keduanya melewati orang-orang diruang tamu.

"Revan!". Sang kepala keluarga dirumah ini meneriaki nama Revan dengan suara tegasnya. Namun Revan tak memperdulikannya, dia malah semakin mempercepat langkahnya menuju pintu keluar.

"Revan! Jangan jadi anak kurang ajar kamu!"

Alen tersentak dan langsung menatap punggung Revan ketika prianya lagi-lagi diteriaki. Bahkan tubuhnya ikut bergetar saat merasakan atmosfer diruangan ini memanas.

Alen meringis begitu tangannya diremat kuat. Revan tak sekalipun berniat untuk melepaskan genggamannya.

Pria itu justru hanya berdiri diambang pintu tanpa menoleh ke orang tuanya. Rahangnya mengeras seiring napasnya yang semakin memberat.

Namun Revan tak peduli, memilih menarik tangan Alen lagi dan keluar dari sana tanpa mempedulikan teriakan ayahnya.



;-

"Kak—"

Alen menahan tarikan Revan saat keduanya sudah berada di teras rumah. Membuat Revan mau tak mau menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Alen.

"Kita masuk dulu ke mobil, oke?". Kata Revan sebelum kembali menarik Alen menuju mobil. Alen hanya pasrah dirinya lagi-lagi ditarik, membiarkan prianya membawanya masuk kedalam mobil.

Alen ingin sekali menanyakan apa yang terjadi, namun begitu dirinya melihat Revan yang hanya diam di kursi kemudi, membuatnya urung dan hanya bisa menatap pacarnya khawatir.

Lantas karna tak mau pacarnya itu terlalu banyak pikiran, Alen mengelus pundak kokoh itu halus sekedar menenangkannya.

"Kita kerumahku aja ya?". Ucapnya pelan namun mampu membuat Revan reflek menatapnya.

"Kenapa?". Pertanyaan Revan malah buat Alen ngerutin dahinya.

"Aku gak yakin kita bisa pergi hari ini". Balas Alen ragu, matanya melirik kebawah dimana tangannya yang masih menyentuh lengan Revan.

Sementara Revan hanya bisa memandang kosong keluar kaca mobil didepannya. Tangannya meremat stir mobil kuat sebagai pelampiasan amarahnya. Sungguh, dia ingin sekali berteriak sekarang. Kalau saja Alen tak ada disampingnya, mungkin seisi mobil ini sudah hancur karna amukannya.

Coach  •ᴠᴋᴏᴏᴋ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang