|37,0|

4.6K 607 71
                                    

Budidayakan vote sebelum membaca







////







💜💜💜











Dering alarm terdengar dari ponsel milik Revan di nakas. Dengan mata yang masih sangat berat itu, Revan meraih ponselnya dan langsung mematikan alarm itu tanpa memperdulikan pukul berapa sekarang.

Dirinya kembali membenarkan posisi tidurnya seperti semula, tangannya juga kembali mengeratkan pelukan pada seseorang yang tertidur disamping dengan membelakanginya. Dan memilih kembali memejamkan matanya, melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terjeda tadi.

Sepuluh menit kemudian terdengar lagi dering alarm yang lumayan keras, namun kali ini bukan berasal dari ponsel Revan, melainkan ponsel milik Alen yang diletakkan di nakas satunya.

Karena mengenali suara alarm ini, Alen membuka matanya perlahan sebab menyesuaikan cahaya lampu tidur. Berniat untuk meraih ponselnya, namun sebelum tangannya berhasil meraihnya, dirinya merasa ada sesuatu yang membebani tubuhnya.

Lantas Alen melirik kebawah, mendapati ada sebelah tangan besar yang merengkuh kuat tubuhnya. Di menit pertama Alen masih belum menyadari tangan ini milik siapa. Lalu di menit selanjutnya, Alen membuka matanya lebar setelah mengingat bagaimana dirinya bisa berakhir tertidur dikamar ini.

Alen pun menoleh kebelakang dengan hati-hati, mendapati Revan yang masih terlelap dengan deru napas yang teratur.
Pipinya terasa memanas ketika menyadari bahwa pelatihnya saat terlelap seperti ini saja wajahnya tetap terlihat menawan. Maka selanjutnya, Alen membenarkan posisi tidurnya menghadap Revan, agar dirinya bisa mengagumi ukiran tangan Tuhan pada wajah pria ini dengan nyaman.

Tangannya terangkat sekedar menyibak poni yang kelihatannya sudah mulai memanjang, menyentuh kening itu dengan perlahan—kening yang akan mengerut jika pria ini dalam keadaan suasana tidak baik— tangannya pun turun sedikit, mulai mengelus kelopak mata yang terpejam damai, mengingat bahwa dirinya akan selalu terintimidasi karena tatapan tajamnya. Jarinya beralih pada hidung mancung yang pastinya berhasil buat para readers iri melihatnya.

sama authornya juga, hiks.

Lanjutnya pada pipi dan rahangnya yang terlihat tegas itu. Dielusnya sangat halus karena tak ingin membuat sang empu terbangun. Lalu, maniknya turun memperhatikan bilah bibir yang terkatup itu. Ibu jarinya mulai mengelus ujungnya perlahan membuat pikirannya kembali pada waktu dimana mereka berciuman. Ranum ini lah yang mampu membuat dirinya kehilangan akal, membuat dirinya selalu ingin direngkuh dalam dekapan hangat seorang Revan. Tak sadar wajahnya sudah semakin memanas ketika mengingatnya.



"Jangan diliatin terus, nanti nyesel"

Alen reflek menjauhkan tangannya setelah mendengar suara berat milik Revan.

Demi Tuhan, rasanya jantung seperti ingin keluar dari tempatnya sebab terlalu terkejut dengan suara parau pria disampingnya ini. Sejak kapan Revan terbangun? Jangan-jangan Revan menyadari kalau Alen telah memindai wajahnya sedari tadi.

Maka tanpa pikir panjang, Alen segera melepas pelukan Revan, berniat untuk melarikan diri sebab malu tertangkap basah sudah memandangi wajah itu. Namun sebelum Alen bangkit dari tidurnya, Revan sudah lebih dulu menahan tubuhnya membuat Alen kembali terbaring di bawah kungkungan Revan.

Coach  •ᴠᴋᴏᴏᴋ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang