|47,0|

3.4K 475 68
                                    

Budayakan vote sebelum membaca




////





💜💜💜









"Bi, tolong panggil Revan buat sarapan ya. Yang lain udah nunggu soalnya". Bunda menyuruh asisten rumah tangganya guna menghampiri anak sulungnya agar segera bergabung untuk sarapan bersama. Wanita yang dimaksud pun sontak mengangguk.

"Baik bu". Ucapnya setelah menaruh beberapa makanan diatas meja dan segera berjalan menuju kekamar tuannya.

Namun sebelum bibi itu melangkah, Revan lebih dulu sampai diruang makan. Melewatinya begitu saja setelah dirinya membungkuk menyambut kedatangan tuannya.

Revan berjalan menuju lemari pendingin tanpa menyapa keluarganya yang sudah menunggunya di meja makan. Tangannya membuka kulkas itu dan langsung mengambil sebotol kopi disana.

"Abang, sini sarapan dulu. Udah dibuatin—"

"Aku berangkat". Tanpa memperdulikan tatapan terkejut dari bundanya, Revan langsung pergi keluar dengan terburu-buru.

Darrel melirik ke ayahnya yang terdiam setelah kepergian abangnya. Lalu menoleh pada bundanya yang duduk disebelahnya, masih dengan wajah yang terkejut atas sikap Revan barusan. Sedangkan dirinya sendiri hanya bungkam, tak ingin ikut campur dengan masalah mereka. Walaupun sebenarnya dia adalah orang pertama yang mengetahui semuanya.

Diam adalah pilihan terbaik ketimbang mengoceh tanpa tau akibatnya.

Darrel hanya menghela napasnya singkat sebelum melanjutkan sarapannya tanpa memperdulikan kedua orang tuanya yang lagi-lagi meributkan sikap anak sulung mereka tadi.




●●●




Kelas baru saja selesai beberapa menit yang lalu, para siswa sudah berkeliaran disekitar sekolah dengan makanan ditangan mereka masing-masing. Istirahat di jam pertama membuat suasana sekolah begitu bising, anak-anak yang mulai bercanda dengan suara kerasnya tanpa khawatir dimarahi guru-guru disini.

Alen baru saja kembali dari kantin setelah membeli beberapa makanan untuk dimakannya dikelas. Dibelakangnya ada teman-temannya yang juga baru kembali dari kantin.

"Len tukeran aja nih sama punya gua". Reza menyamakan langkah kaki Alen dengan cepat, membujuknya agar makanan yang dia beli ditukar dengan punya Alen. Wajahnya terlihat ketakutan begitu melihat wajah Alen yang memerah disampingnya.

Alen menaruh mangkuk baksonya sedikit kasar hingga kuahnya sedikit tumpah dari wadahnya dan membuat mejanya kotor. Mendaratkan bokongnya ke kursinya dengan cepat tanpa mengindahkan keempat temannya yang terdiam melihat Alen yang sedang marah.

"S-sorry gua gak sengaja Len, gua beliin lagi aja ya?". Begitu Reza menawarkan padanya, dirinya langsung diberi tatapan tajam oleh Alen, buat Reza reflek menutup mulutnya.

"Lagi sih lu, ada ada aja. Bisa-bisanya gatau kalo itu baksonya punya Alen". Saut Valerie, buat Reza semakin terpojokkan.

"Soalnya si abang naro mangkoknya didepan gua. Gua pikir kan punya gua". Reza sedikit menjelaskan kronologinya.

Sebenernya tadi pas dikantin, ada sedikit kesalahan. Dimana Reza sama Alen mesen disatu tempat yang sama tapi makanannya beda. Alen mesen bakso, sedangkan Reza mie ayam. Abang penjualnya ngasih bakso duluan, dan naronya didepan Reza.

Coach  •ᴠᴋᴏᴏᴋ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang