|33,0|

3.9K 549 74
                                    

Budidayakan vote sebelum membaca




////





💜💜💜











Darrel tiba dirumahnya pukul 6 tepat, memasukan motornya terlebih dahulu ke garasi sebelum masuk kedalam rumahnya. Jam segini biasanya hanya ada bundanya dan pembantunya saja dirumah. Namun saat dirinya mau memasukan motornya digarasi, ternyata ada mobil milik abangnya yang sudah terparkir disana.

Apa bang Revan sudah pulang?

Lantas setelah dirinya memarkirkan motornya dengan benar, ia langsung masuk kedalam rumahnya.

"Darrel pulang". Sautnya sesaat setelah berada diruang tamu.

Dirinya melangkah kearah dapur seperti biasa, mengambil minuman kalengnya dikulkas sebelum kembali kekamarnya.

Ternyata ada Revan disana, berdiri didepan meja makan sembari meminum minumannya. Awalnya Darrel memperlambat langkahnya, namun saat Revan menyadari kehadirannya, ia langsung bersikap seperti biasa dan berjalan cepat kearah kulkas, mengabaikan tatapan Revan dibelakangnya.

Mengambil minuman kaleng dan beberapa cemilan untuk dibawanya kekamar. Akan tetapi sebelum dirinya menutup pintu kulkas itu, ia terdiam beberapa saat sebab perkataan Alen tadi terlintas begitu saja dipikirannya.

Kamu bahkan belum pernah minta maaf kan kak?

Dirinya terdiam dengan sebelah tangannya memegang pintu kulkas. Ia ragu, haruskah dia meminta maaf?

Darrel melirik kearah Revan yang masih berdiri disana sedang memunggunginya.

Lihatkan?

Bahkan mereka dengan jarak sedekat ini saja masih terasa sangat jauh. Dia merasa abangnya itu juga kekanakan, dia yang lebih dewasa seharusnya lebih bisa mengontrol emosinya. Revan lah pertama kali yang harus meminta maaf, bukan dirinya.

Maka dengan kesal, Darrel menutup kulkas itu sedikit kencang. Berbalik dan langsung melangkah cepat menuju kamarnya.

Sementara Revan hanya diam saat Darrel pergi, ia juga yakin adiknya itu dengan sengaja membanting pintu kulkas. Namun dirinya tak berbuat apa-apa.

Menunduk memperhatikan gelas yang ia pegang, pikirannya lagi-lagi melayang pada saat dirinya berdebat dengan Alen disekolah kala itu. Setelah dipikir-pikir, dirinya memang sudah berlebihan. Dia merasa—suasana hatinya langsung buruk ketika melihat Darrel dan Alen bersama, merasa kesal jika melihat keduanya asik dengan dunianya sendiri. Puncaknya ketika dirinya tak sengaja melihat keduanya berpelukan dibelakang rumahnya waktu itu. Emosinya benar-benar tak terkontrol hingga hal sepele pun dia permasalahkan.

Dirinya benar-benar tak bisa berpikir dengan jernih, hingga berhasil membuat anak orang menangis karnanya. Bahkan membuat anak itu menjadi orang pertama yang menampar dirinya. Seumur-umur tak pernah ada yang menamparnya bahkan kedua orangtuanya sekalipun.

Mungkinkah ia cemburu?

Atau hanya merasa kesal?

Tapi kenapa juga dirinya harus kesal?

Kak Revan bisa ngira aku pacaran sama Darrel karna ciuman, terus yang kamu lakuin ke aku itu apa? Dikamarku dan diuks waktu itu

Coach  •ᴠᴋᴏᴏᴋ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang