|48,0|

3.4K 444 58
                                    

halo, sebelum lanjut scroll kebawah, aku boleh minta waktunya untuk baca pesanku dibawah nanti?

Budayakan vote sebelum membaca



////



💜💜💜






Ceklek

"Nanda?—"

Alen mendorong kuat bahu Revan begitu suara mamanya masuk ke pendengarannya membuat tautan mereka terlepas begitu saja.

Keduanya sama-sama terkejut begitu menoleh kearah pintu dan mendapati mamanya Alen berdiri disana sambil menatap mereka.

Mama Alen bahkan hanya diam setelah memanggil anaknya, menatap Revan dan Alen secara bergantian tanpa beranjak dari sana.

Alen mematung, entah sejak kapan jantungnya berdetak kencang. Tangannya bergetar disisi tubuhnya. Bahkan mata bulatnya tak bisa lepas dari mamanya.

Apa mama ngeliat semuanya?


Apa dirinya ketauan? Lalu Alen harus bagaimana?


Bagaimana kalau mama marah?

Bagaimana kalau mama malah melarangnya berpacaran setelah ngeliat dirinya berciuman?

Alen merasakan pernapasannya memberat, bola matanya bergetar menatap mamanya. Alen menggigit bibir dalamnya begitu perasaannya semakin gelisah. Dia hanya takut mamanya memarahi Revan.

"Ternyata kalian toh—mama kira siapa. Ada suara pager dibuka tapi kok gak ada yang masuk. Ngapain diluar terus, ayo masuk"

Alen dan Revan saling berpandangan begitu mendengar perkataan mama Alen yang sangat di luar dugaan.

Bahkan Alen tak mampu membuka mulutnya saking tak percayanya dengan respon sang mama.

Revan mengusap tengkuknya canggung sebelum berbalik menghadap mama Alen. Melangkah mendekat sekedar memberi salam padanya.

"H-halo tante". Sapanya dengan senyuman canggungnya. Badannya dia bungkukkan sedikit sebelum bersalaman. Dan langsung disambut ramah oleh mama Alen.

"Ah ini Revan ya?". Tanya wanita itu sembari menepuk-nepuk pelan bahu Revan.

Revan pun mengangguk beberapa kali sebagai balasan. "Iya saya Revan". Senyuman canggungnya masih dia unjukkan.

Alen menelan salivanya kasar, gugup sekali melihat interaksi kedua orang didepannya. Tangannya mencengkeram tali tas ranselnya kuat hingga tak sadar bahwa dirinya sedang ditatap oleh mamanya.

"Nanda, ajak kakaknya masuk. Mama mau nyiapin makanan buat kalian".

Alen spontan menole begitu namanya dipanggil. Pikirannya yang masih mengambang itu dipaksa fokus pada perintah mamanya. Alhasil dirinya hanya bisa mengerjabkan matanya bingung tanpa melakukan apa-apa.

Coach  •ᴠᴋᴏᴏᴋ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang