Part 22.

924 74 4
                                    

"Kamu yang insecure karna kekuranganmu atau emang kamu yang kurang rasa syukur? Anyways~"
_____

□□□

"Maba sekarang cakep cakep ya." Celetuk Sinta yang tengah bertopang dagu sambil memperhatikan orang orang yang lalu lalang di kantin fakultasnya.

"Cakep si cakep tapi cowoknya pada tengil." Ajeng menyahut yang dibalas anggukan setuju dari Sinta.

"Eh eh liat deh." Sinta berseru menunjuk ke arah tiga cewek dengan dagunya. Aqila dan ajeng mengikuti arah pandangnya.

"Itu tuh degem degemnya si rafi sama antek anteknya."

"Yang anggota BEM itu?" Tanya ajeng dibalas anggukan oleh sinta.

"Gedek gue mentang mentang cakep hobinya caper mulu. Tuh tuh liat." Aqila dan ajeng kembali mengikuti arah pandangnya, disana terlihat tiga cewek tadi tengah mengobrol dengan senior anggota BEM yang tengah berkumpul.

"Ah itumah paling lagi bahas sesuatu."

Sinta mengidikan bahunya. "Tetep aja, mukanya gak usah kecentilan juga."

Ajeng dan aqila hanya menggeleng melihat tingkahnya kembali melanjutkan makannya.

Sedang aqila tak sengaja melihat kebelakang Sinta, terlihat tiga cowok yang salah satunya telah menjadi pacar Ajeng tengah berjalan menuju ke arah mereka. Ia lalu menyenggol sahabatnya dengan sikunya membuat cewek disebelahnya memandangnya dengan pandangan bertanya, Aqila menggerakan dagunya menunjuk ke arah depan, yang langsung diikuti oleh Ajeng.

Ajeng lalu merapikan sedikit penampilannya dan menggeser duduknya. "Geseran." Aqila mendengus, dan menggeser sedikit duduknya.

"Hai." Zidan mengusap pelan kepala sang pacar yang membuat senyum cewek itu merekah, Zidan kemudian duduk disebelahnya. Sedang rafli duduk didepan zidan sebelah sinta, dan fadlan disebelah rafli.

Ada yang beda dengan wajah mereka,  zidan dengan raut lebih cerah dari biasanya karna bibir yang terus tersenyum dan fadlan bibirnya nampak menahan kekehan, sedang rafli menunjukan wajah jengkel.

"Kalian kenapa si?" Ajeng yang baru saja hendak bertanya terhenti ketika Sinta lebih dulu bertanya dengan kening mengkerut. "Senyam senyum gitu." Ajeng mengangguk menyetujui dan menatap pacarnya tanya.

"Enggak, itu." Zidan malah menunjuk fadlan sedang fadlan malah menyenggol rafli. Sontak rafli menatap tajam keduanya seakan diartikan 'diem ya anjing'.

Zidan langsung menutup mulutnya dengan tangan begitupun dengan fadlan.

Sinta menatap ketiganya aneh. "Gak jelas anjir."

Rafli mendengus, dan ketika pandangannya beralih menatap Aqila, perempuan itu langsung membuang muka kearah lain.

"Mampus." Bisik fadlan ditelinganya yang langsung dihadiahi injakan kaki.

"Kamu udah makannya?" Zidan bertanya pada sang pacar.

"Belum, ini cuma makan kentang doang sama minum, mereka juga." Jawab Ajeng menunjuk Sinta dan aqila.

"Makan yang didepan aja gimana? Aku lagi pengen mie ayam." Usul zidan.

"Ayok, yuk qil, sin."

Aqila mengangguk pelan, sedang Sinta. "Ah gue mah gak bisa, mau ke fakultas hukum ke abang gue."

"Yahh ... yaudah deh."

"Lain kali ya."

"Sipp."

Mereka pun berdiri berjalan keluar dari sana menuju warung pinggir jalan depan kampusnya.

Kebetulan tempatnya lumayan sepi jadi tak perlu menunggu lama untuk pesanan.

"Mangga, mas sama mbaknya pesen apa?"

"Mie ayam-" Zidan menatap teman temannya.

"Gue baso aja." Ucap fadlan.

"Aku mie ayam juga." Ujar Ajeng.

"Aku pengen seblak," . "Gue pengen seblak." Aqila dan rafli berucap bersamaan,   membuat mereka langsung menatap keduanya dengan senyum menggoda.

Rafli langsung membuang muka, sedang aqila menggigit bawah bibirnya.

"Hahaa siap siap neng, a meni barengan kitu." Ujar mas mas mie ayam yang diketahui bernama mang udin.  "Pedesnya berapa sendok neng a?"

Rafli menjawab "Tiga." Dan aqila menjawab. "Lima."

Jawaban aqila membuat rafli kontan menatapnya, membuat aqila yang ditatap seperti itu menaikan alisnya, rafli langsung mengalihkan kembali pandangannya.

Di warung itu memang menyajikan beberapa jenis makanan seperti seblak, baso, mie ayam, baso aci dll. Yang memasak sendiri mang udin dengan istrinya.

"Emang telepati orang yang lagi jatuh cinta tuh sekuat itu ya?" Ucap fadlan.

"Gak usah mulai lo." Ujar rafli.

"Lah sewot lagi." Rafli hanya mendengus saja.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pesanan mereka datang, mang udin meletakan seblak di hadapan aqila dan rafli yang kebetulan duduk berhadapan. "Mangga neng a, selamat menikmati."

Aqila mengangguk dan berucap terima kasih. Setelah mang udin beranjak ia melihat seblak yang tak terlalu merah itu dengan ragu, melihat kearah Rafli yang tengah mengambil sendok.

Sedang Rafli dengan santai mulai mencoba kuahnya sedikit dan. "Sshh." Ia meringis merasa pedasnya yang terlalu berlebihan menurutnya.

Aqila yang melihatnya pun ikut meringis. "Itu punya aku kayaknya." Ucapnya membuat Rafli beralih menatapnya.

Rafli mengangguk kemudian menukarkan mangkuk mereka.

"Lo kuat emang ngabisinnya?"

Aqila hanya tersenyum kecil sambil mengidikan bahunya.

"Kenapa ya rata rata perempuan lebih kuat makan pedes daripada cowok." Ucap fadlan.

"Yakan sumber mulut pedesnya emang dari sana." Jawab Zidan, yang langsung diprotes sang pacar. "Gak gitu ya."

"Iya enggak kamu mah." Ucap Zidan yang langsung mendapat cibiran dari Fadlan.

Selama makan Aqila berusaha mempercepat ketika tau rafli menatapnya intens, karna tak tahan ia kemudian mengambil ponselnya.

To rafli
Kenapa ngeliatin?

Ting!

Rafli menunduk ketika merasa ponselnya berbunyi disaku celananya. Mengernyit ketika melihat nama pengirim dari orang didepannya, ia kemudian menatap Aqila tapi perempuan itu malah sibuk memperhatikan Ajeng yang tengah bercerita.

Aqila
Kenapa ngeliatin?

Rafli menggaruk jidatnya yang tak gatal, kemudian berdehem pelan.

Rafli
Enggak

■■■
6April2021

Terimakasih sudah mengapresiasi cerita dengan memvote🙏

Sekarang lagi rame nikahan atta-aurel dan pro kontra masalah pak jokowi yang turut hadir ya😳

Eh iya guys bantu support yu akun instagram @pluvi31 itu akunku tapi jarang dibuka karna masih sepi rencananya aku mau posting di ig story video or foto yang menurutku aesthetic gitchuuu

Line Of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang