part 27.

776 61 4
                                    

_______

Ummi rafli💓
Assalamualaikum ganteng, umi mau minta tolong ya
Nanti setelah pulang dari kampus mampir ke toko dulu ya ambil barang cuma sedikit kok, udah disiapin sama mbak tanya aja ya ke mbanya
_______

To Ummi Rafli💓
Waalaikumsalam
Iya ummi
________

Setelah selesai membalas pesan itu, Rafli yang memang sudah hendak pulang itu mulai menyalakan motornya menuju toko roti ibunya.

Sampai di seperempat jalan menuju toko, Rafli memelankan laju motornya ketika melihat dua perempuan di pinggir jalan yang tengah mendorong motor. Ia memang bukan tipe orang yang penolong banget sampe rela nyamperin buat nanya ada apa, kecuali orang itu sudah dikenalnya. Seperti saat itu, Rafli menepikan motornya menghampiri dua cewek yang tengah mendorong motornya.

"Indri?" Ia memanggil dengan nada memastikan.

Orang yang dipanggil menoleh kearahnya, rautnya langsung berubah. "Eh kak Rafli."

"Kenapa itu?" Tanya Rafli, menunjuk motor yang tengah mereka dorong dengan dagunya.

Indri terlihat meringis. "Oh, ini bannya bitu, tau bengkel yang deket dari sini gak?" Tanyanya.

"Bengkel masih jauh kalo dari sini, kalo mau lo bisa nitipin motor lo di toko roti nyokap gue, gue ada kenalan yang kerja di bengkel bisa panggil dia buat ngurusin motor lo, gimana?"

Raut Indri terlihat berbinar, ia bertatapan dengan temannya kemudian kembali melihat Rafli. "Serius kak? Gak ngerepotin?"

"Enggak, santai aja si,"

Indri mengangguk. "Yaudah boleh kalo gitu."

Rafli mengangguk. "Lo masih kuat buat dorong kan? Toko rotinya masih didepan, tuh yang ada plangnya,"

"Oh iya kak kuat kok,"

"Yaudah kalo gitu gue duluan kesana."

Selepas kepergian Rafli, temannya Indri yang sejak tadi hanya menyimak menyenggol pundaknya pelan. "Itu kak Rafli kan?"

Indri mengangguk seraya tersenyum. "Kok bisa?" Tanya temannya heran.

Indri hanya mengidikan bahunya sedang bibir masih tertarik keatas. Ia juga mana tau laki laki itu bisa rela menepikan motornya untuk menawarkan bantuan pula. Padahal mereka tak sedekat itu sebenarnya, hanya mungkin sejak tak sengaja ngobrol dicafe ketika sama sama menunggi Fadlan kala itu, ketika berpapasan di kampusnya keduanya jadi sering menyapa, contohnya seperti ketika tak sengaja berpapasan dikoridor.

"Eh kak," Ucap indri seraya memberi anggukan pelan.

"Indri," Balas Rafli memberi anggukan pelan juga. Setelahnya mereka berdua kembali melanjutkan jalannya, udah gitu doang.

□□□

Aqila melepaskan kacamatanya, mereganggak otot otot tangan dan pinggangnya yang terasa cukup pegal setelah berjam jam berkutat dengan laptot dan juga buku buku.

Mengambil ponsel di sebelahnya, jam menunjukan pukul 01:35 dini hari, ia baru selesai mengerjakan tugas kuliahnya dan baru tersadar jika malam semakin larut.

Membereskan buku bukunya yang berserakan di tempat tidurnya ia memang lebih enak mengerjakan tugas ditempat tidur dari pada di beja belajar. Laptopnya masih menyala, ia sebenarnya masih harus memeriksa lagi tapi melihat hurup hurup berjejeran begitu banyak sudah membuatnya pusing duluan. Ia pun akhirnya memilih untuk memeriksa kembali besok pagi karna batas waktu pengumpulannya sampai sore.

Setelah menyimpan laptopnya di nakas, ia mengambil ponselnya matanya masih belum mengantuk. Ia memeriksa aplikasi chat sekedar memastikan, chat pribadi hanya dari Ajeng yang masuk, itupun balasannya karna tadi ia sempat menanyakan perihal tugas, sisanya kebanyakan dari grup chat.

Ia beralih ke menu story, melihat story teman temannya yang isinya beberapa tengah mengerjakan tugas sepertinya, ada juga yang tengah nongrong seperti halnya yang dilakukan anak muda kebanyakan.

Sebelum keluar dari aplikasi itu, ia sempat membuat story hanya berupa unggahan satnight. Kemudian beralih pada aplikasi lain, jika tidak sedang berhalangan, sepertiga malam seperti ini ia gunakan untuk shalat malam.

Dan ketika tengah asik melihat pakaian pakaian muslimah di akun onlineshop, notifikasi pop pesan muncul dari atas layar dengan nama ... Rafli, ia tebak cowok itu melihat postingannya barusan.
____
Rafli
Belum tidur?
_____

Tuhkan, Rafli mengomentari postingannya.
_____
To Rafli
Belum
_____

Ia menggigit jempolnya ketika pesan itu terkirim, layar masih pada roomchatnya ketika pesan Rafli kembali muncul.

______
Rafli
Kenapa? Begadang?
_______

Ia merutuki ketika pesan itu langsung terbaca tanpa menyisakan waktu, ia merutuki untuk itu, Rafli pasti mengiranya ia menunggu pesannya.

____
To Rafli
Abis ngerjain tugas
______

Rafli
Bacanya gercep amat neng^
______

To Rafli
Enggak ya, itu kepencet
Udah ah aku mau tidur.
______

Aqila langsung keluar dari aplikasi itu, dan menutup ponselnya, menyimpannya di nakas seraya di charger dan bersiap untuk tidur.

Aqila bukan tipe orang yang setelah bangun tidur langsung membuka ponsel untuk sekedar mengecek notifikasi ataupun melihat jam, bukan. Aqila bukan seperti itu, ia akan mengecek ponsel ketika kegiatan pagi hari selesai, seperti shalat itu jika tak berhalangan, turun kebawah untuk membantu ibunya masak atau pun mengerjakan pekerjaan rumah, karna dirumahnya memang tak ada asisten rumah tangga, setelahnya mandi bersiap untuk berangkat kekampus.

"Hari ini pulang jam berapa kak?" Sang ibu bertanya ketika ia tengah menyajikan lauk untuk sarapan.

"Gak tau ma, paling sore mungkin,"

"Berangkat sama abang ya, motor adek mu itu kemarin lagi ada masalah masih dibengkel." Aqila mengangguk meny-iya kan.

Setelah dirasa selesai ia berpamitan keatas untuk mandi bersiap pergi kekampus.

Selesai mandi dan berpakaian lengkap, ia baru mengecek ponselnya, ada 4 pesan balasan dari Rafli semalam, satu diantaranya berisi voice note.
______
Rafli
Oooh kepenceeett
Tidur ya tinggal tidur kali
Ohh atau mau di ucapin dulu ya, bentar
"Ehemm, selamat tidur aqila good night"
______

"Ngeselin," gumamnya setelah melihat pesan itu, tak luput kedua sudut bibirnya tertarik keatas membentuk senyuman.

■■■
28Mei2021

Takut bingung, Aqila manggil adek keduanya abang ya.

Line Of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang