Hari ini ketiga perempuan yang masih berstatus mahasiswi itu sedang asik mengobrol di salah satu cafe dekat kampus mereka.Tadi, setelah kelasnya selesai mereka memutuskan untuk ngopi terlebih dahulu, awalnya hanya berdua tapi salah satu teman sekelasnya yang tak sengaja mendengar mereka akan ke cafe memutuskan untuk ikut bergabung. Jadilah mereka disini sekarang, duduk di meja dekat jendela dengan makanan tersaji didepannya.
Ketiganya nampak asik masing-masing. Perempuan dengan rambut sebahu itu tengah asik menscrol explore instagramnya untuk mencari bahan ghibah. Sedangkan perempuan dengan jilbab segi empat yang diikat kebelakang nampaknya melakukan hal yang sama beda lagi dengan perempuan berbaju neavy dengan warna jilbab yang sama itu sedang berkutat dengan laptopnya. Mereka melakukan kegiatan masing-masing sesekali mencomot makanan dihadapannya.
"What the -gila gila, lo pada harus liat." Nah, akhirnya si perempuan berambut sebahu itu menemukan bahan gosipnya. Ia memperhatikan layar handphonenya ke arah dua teman di depannya.
"Eh ini siapa?" Tanya Ajeng, mewakili pertanyaan Aqila. Setelah melihat layar menampilkan story Instagram seseorang.
"Ih lo liat username nya dong, ini tuh si bayu anak teknik yang katanya brengsek, gila aja dia posting kiss ginian di storynya."
"Serius lo ta?!"
Wanita yang dipanggil ta dengan nama asli Sinta itu mengangguk. "Itu lo liat sendiri kan."
Ajeng menggeleng dramatis. "Gila! berani banget, buat apaan coba."
"Makannya itu, untung muka si cewenya gak keliatan gitu."
Ajeng mengangguk menyetujui, sedangkan Aqila rupa-rupanya berempuan dengan jilbab neavy itu sudah tak tertarik dengan pembahasan itu, dan lebih memilih melanjutkan tugas di laptopnya.
Ajeng kemudian mencari username Instagram Bayu di pencarian, ketika ia melihat story nya ternyata sudah tak ada. "Loh loh kok udah gak ada si?"
"Gak ada apa?" Sinta bertanya.
"Itu story si bayu."
"Serius?"
Ajeng mengangguk.
"Untung gue udah screenshot."
"Lah buat apaan lo nyimpen poto begituan?"
"Ya buat bahan gibah besok sama anak-anak lain lah." Jawab Sinta santai, Aqila yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya, begitu juga dengan Ajeng.
Setelahnya dilanjut dengan obrolan tentang dunia kpop, Aqila lagi-lagi memilih diam saja, selain karna tak mengerti dunia per-Korea an ia juga tak begitu suka K-Pop.
"Yuk ah balik." Kata Rena ketika melirik jam yang sudah menunjukan pukul tiga sore.
"Ayo deh, udah pegel juga bokong gue." Setelah mengucap itu Ajeng beralih menatap Aqila yang sedang membereskan barang-barangnya. "Eh iya lo pulang naik apa qil?"
"Em naik ojol deh, biasa."
"Gak mau bareng gue aja."
"Gak usah lah, ntar kamu pulangnya kesorean lagi."
"Oh yaudah deh." Setelah membereskan pembayarannya, mereka melangkah keluar, bertepatan dengan lonceng dipintu berbunyi menandakan ada pengunjung masuk. Yang menarik orang yang baru saja masuk ialah laki-laki songong yang kemarin mempermalukannya dikantin. Ck
Aqila memilih berpura-pura tak menyadari setelah tau keberadaan laki-laki itu. Ajeng sempat melihat ke arahnya sekilas tapi melihat Aqila yang nampak biasa aja ia pun menghiraukannya.
Ketika jarak mereka semakin dekat Aqila tetap biasa saja, begitu juga dengan Rafli, tapi saat benar-benar bersebelahan entah disengaja atau tidak Aqila merasa laki-laki dengan sweater hitam itu menabrak bahunya, tapi untungnya Aqila tak sampai terhuyung ke belakang, jadi ia memilih tak menghiraukan lagi ia hanya reflek mengeluarkan decakan kesal.
■■■
Aqila merebahkan tubuhnya dikasur, matanya berat, ia sangat ngantuk tapi mengingat waktu masih sore yang memang tak baik untuk tidur ia memutuskan menahan kantuknya, tapi ia sangat ngantuk. Tadi malam ia begadang karna harus mengerjakan tugas, sekarang tugas tugasnya sudah tak ada.
Ia melirik jam di dinding yang menunjukan pukul empat sore, memikirkan apa yang sekiranya harus ia lakukan, mengajak adiknya jalan? Ah tidak, yang ada ia bakal kehabisan jatah uang jika itu terjadi, mengerjakan tugas juga sudah selesai tadi di cafe. Ditengah kebingungannya itu, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
"Kak? Mau ikut pengajian gak?" Rupanya Ibu, yang mengajaknya pergi pengajian.
"Iya ma bentar qila ganti baju dulu."
"Yaudah mama tunggu dibawah ya." Setelahnya terdengar langkah kaki menuruni tangga, tanda Ibunya sudah kebawah. Aqila cepat-cepat beranjak mengganti bajunya dengan gamis, setelah selesai dengan penampilan, ia menyusul Ibu yang telah menunggu di ruang keluarga.
"Yuk ma."
Ibunya yang sedang menunggu sambil menonton tv itu menoleh. "Oh udah, yuk."
Mereka berjalan menuju komplek sebelah dimana pengajian itu diadakan, keduanya memang memilih berjalan kaki saja karna jaraknya cukup dekat.
"Eh katanya pengajian kali ini ustadznya masih muda loh, katanya juga si masih mahasiswa." Ibunya berbicara ditengah perjalanannya.
Aqila hanya berdehem sambil menganggukan kepalanya.
"Katanya juga ganteng, ih idaman banget itu andai aja mama punya anak laki-laki kaya gitu, seneng banget pasti bisa ngebantu di akhirat."
Aqila masih diam mendengarkan.
"Tapi kalo jadi mantu juga mama pasti seneng banget."
Lah lah lah?
"Gimana menurut kamu?"
"Apaan si mah."
"Dih kok apaansi, ya gimana menurut kamu?"
"Ya gimana apanya?"
"Gak usah pura-pura gak ngerti deh."
"Idih orang mama juga yang ngomongnya gak jelas."
Ibunya mendengus. "Kamu tuh udah semester lima bentar lagi lulus, ya gak papa dong mikirin pasangan dari sekarang."
"Iya iya, lagian siapa si yang gak mau sama cowo baik-baik apalagi yang ngerti agama gitu." Gumamnya.
"Nah, yaudah." Aqila mengerutkan kening. "Yaudah kamu coba aja kenalan nanti sama ustadz yang ngisi tausiah ya siapa tau gitu."
"Apaan deh mah gak usah aneh aneh, qila gak mau ya dijodoh dijodohin gitu kaya gak laku aja,"
"Kok gak laku? Orang cuma kenalan gitu."
"Enggak, mama gak usah aneh aneh ya aku beneran bakal marah kalo mama ikut campur urusan ginian." Aqila mulai tak nyaman ketika seseorang mengatur tentang pendampingnya sekalipun ini wanita yang melahirkannya.
Ibunya mendengs. "Iya iya."
■■■
Tbc!
30nov2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Line Of Destiny [On Going]
General FictionAqila hanya seorang mahasiswa semester lima, yang menjalani kehidupan perkuliahannya tanpa keluhan, hidupnya monoton, teman-teman menyebutnya mahasiswa kupu-kupu. Pergi kuliah dan pulang tidak mengikuti satupun organisasi di kampusnya, sesekali ber...