part. 35

370 14 0
                                    


Baiklah, pelan pelan. Semoga saja.

"Oke, siap?" Fadlan menginterupsi.

Rafli berdehem menetralkan suaranya beberapa kali mengatur napas.

"Santai aja, anggep aja kamera ini temen Lo yang minta penjelasan." Fadlan mulai bersiap mengacungkan jemarinya dengan memberi aba-aba hitungan untuk memulai.

Saat itu Rafli tengah membuat video klarifikasi atas huru-hara yang terjadi padanya, setelah hampir dibuat depresi atas ujaran kebencian oleh seluruh masyarakat padanya.

Setelah menjelaskan pada kedua orangtuanya, kemarin siang ia mengajak Zidan dan Fadlan untuk kerumahnya, memberitahu yang sebenarnya serta meminta bantuan tindakan apa yang harus ia lakukan. Jadi, kedua temannya menyarankan untuk membuat video klarifikasi terlebih dahulu.

Setelah ini ia akan mengurus panggilan dari kampus. Sebenarnya dua hari lalu, pihak kampus sudah menghubunginya atas masalah ini. Kalau-kalau berita yang beredar benar adanya, kemungkinan terburuknya bisa saja ia di DO.

*****

Saat itu Aqila tengah sibuk dengan tugas makalahnya, dengan buku-buku masih berserakan. tapi kesibukannya terintrupsi oleh notifikasi yang menyala beberapa kali. Karna merasa sedikit terganggu, ia mengambil ponselnya untuk melihat. Dari serentenan pesan beberapa grup yang rame, ia memilih melihat pesan dari Ajeng.
______
Ajeng

LAAA!!!
P
P
Belum liat kann
Belum ni pastiii
KUDU LIATTT SEKARANG!!!
(Send your link)
_____

Ajeng mengirim tautan video berisi klarifikasi Rafli tentang kasus yang akhir-akhir ini rame. Menonton video itu dengan seksama. Seraya menggigit ujung kukunya ia mulai risau, tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Dalam video Rafli menjelaskan dari awal mula dirinya kenal dan dekat dengan Indri. Disitu dijelaskan bagaimana ternyata Indri yang mendekatinya duluan, Karna Rafli kebetulan juga tak sedang menjalin hubungan dengan siapapun akhirnya ia meladeni. Ia mengaku salah. Katanya, Rafli tak berniat untuk memberi harapan palsu. Pada awal mereka dekat pun ia memang berfikir untuk menjalin sebuah hubungan. Tapi seiring waktu berjalan ia tak bisa merasakan perasaan layaknya orang jatuh cinta. Ia sudah berbicara sehalus yang ia bisa, menjelaskan juga bahwa kedekatan mereka tak bisa berlanjut.

Rafli tak menyangka, usai penolakan secara tak langsungnya itu ternyata malah menimbulkan keributan. Ia bersumpah beberapa kali bahwa cerita yang tersebar kebanyakan fitnah.

Aqila tak menampik, sepanjang menyaksikan video itu ia merasa prihatin. Melihat bagaimana raut yang ditampilkan, terlihat sekali Rafli putus asa. Kewalahan atas masalah yang menimpanya. Matanya juga memerah kentara menahan tangis.

Setelah selesai menyaksikan video klarifikasinya, ia beralih mencari kontak orang yang berada di video itu. Karna sudah jarang sekali mereka terlibat interaksi, jadi ia ragu-ragu untuk mengirim pesan.

Telfon?
Chat?
Telfon
Chat?
Aahh ia bingung. Kalo telfon ia takut menganggu, dan juga apa yang akan ia bicarakan nanti. Tapi kalo Chat ... Oke Chat aja. Tapi sampai satu menit kemudian jari-jarinya masih menggantung diatas keyboard, kebingungan apa yang akan ia ketik.

Ehemm ... Oke pelan-pelan. Setelah beberapa kali, ketik, hapus, ketik, hapus. Akhirnya ia menemukan kalimat yang siap ia kirim

____
Rafli
Assalamualaikum
Maaf sebelumnya, Rafli aku turut prihatin atas masalah yang menimpa kamu. Semoga masalahnya cepat selesai, Semangat ya!

____

Klik, kirim.
Ia langsung mematikan ponsel, menyimpan di laci samping tempat tidurnya.
Berlagak kembali fokus pada tugasnya. Berbanding terbalik dengan matanya yang beberapa kali melirik ponsel. Harap-harap cemas menunggu balasan dari pesannya.

Line Of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang