Aqila menyembunyikan wajahnya di kedua lipatan tangan, matanya berusaha menahan kantuk yang menguasainya.Tiba-tiba, sikunya di senggol oleh orang di sampingnya, tapi ia tak berniat mengangkat wajahnya.
Ajeng berdecak. "Heh! Liat kedepan."
Aqila dengan berat hati mengangkat wajahnya menatap Ajeng dengan mata sayu. "Hem, kenapa?"
Ajeng menunjuk kedepan dengan dagunya. Aqila mengikuti arah pandang Ajeng, kemudian berdecak kala melihat objek didepannya, ia pun memilih menyembunyikan kembali wajahnya dikedua lipatan tangan.
Di kelas, mereka memang hanya berdua karna kebetulan mata kuliah pertama sudah selesai beberapa menit lalu dan anak-anak yang lain memilih menunggu jadwal selanjutnya dengan pergi ke kantin, perpustakaan, atau cafe dekat kampus.
"Lah kagak ada orang." Ujar Rafli saat masuk ke dalam kelas temannya.
Lalu matanya berhenti pada dua sosok perempuan yang duduk di kursi paling belakang. "Heh lo! Ini anak cowok pada kemana?"
"Gak tau." Jawab Ajeng, Rafli mendengus, ia pun kembali keluar mencari temannya di tempat lain.
"Gaje banget si tu orang."
■■
Aqila berdiri di sisi jalan menunggu jemputannya, karna motornya masih dalam perbaikan. Jam sudah menunjukan pukul lima sore, kelas terakhirnya memang sudah berakhir pukul 3, tapi karna hujan yang turun dengan cukup deras, ia harus menunggu hingga reda. Dan sekarang hujannya memang sudah reda, anak-anak yang naik motor pun sudah pulang.
Sehabis hujan begini tanah agak becek, juga genangan air di jalan raya. Dan entah ia yang berdiri terlalu dekat dengan jalan yang ada genangan air atau memang si pengendara dengan sengaja melewati genangan dihadapannya, padahal bisa memilih jalan yang tak terdapat genangan airnya karna kebetulan kendaraan tak terlalu padat.
Motor ninja hitam melaju tepat pada genangan air didepannya menyebabkan air tersebut menyiprat ke arahnya, membuat hampir seluruh tubuh bagian depannya basah dan kotor, ia sontak memejamkan matanya, menahan emosi yang tiba-tiba saja ingin meledak.
Ia mengusap wajahnya kasar, melihat motor yang diduga pelaku yang sengaja ingin membuatnya basah kuyup dan kotor.
Ketika matanya bisa melihat dengan jelas motor itu, sepertinya ia memang harus menelan kekesalannya. Karna, dugaan itu memang bukan sekedar dugaan, melihat motor itu yang pernah tak sengaja ia jatuhkan di parkiran Minggu lalu, apalagi pemiliknya manusia songong penuh dendam itu.
Sedangkan si pengendara, dibalik helmnya, ia melihat ke arah kaca spion. Sudut bibirnya terangkat sebelah, dirasa tujuannya tepat sasaran.
Aqila menatap kebawah, pakaiannya sudah basah kuyup. Ia menghela nafas mencoba bersabar. "Ya Allah ..." lirihnya.
Dan setelah mobil ayahnya yang dibawa adik laki-lakinya tiba, ia segera masuk tanpa mengatakan apapun meskipun mendapat beberapa pertanyaan dari remaja yang masih duduk dibangku kelas dua SMA itu, ia malah menyuruhnya untuk cepat jalan.
Setelah sampai rumahpun, mamanya yang melihat anaknya pulang dengan basah kuyup pun mencercarnya dengan pertanyaan. Seperti, "loh kak? Kenapa bisa basah kuyup gini? Bukannya tadi mama suruh tunggu di tempat teduh? Kenapa bisa gini?" Ya kurang lebih seperti itu, aqila hanya menjawab, "Gak papa, ini cuma gak sengaja kehujanan." Setelah mengatakan itu Aqila pergi kekamarnya dilantai dua.
Malamnya, setelah setelah salat isya, Aqila turun kebawah, lebih tepatnya ke ruang keluarga untuk sekedar berkumpul dengan kedua orang tua juga kedua adiknya.
Tapi sesampainya diruang keluarga, yang didapat hanya kedua adiknya yang sedang menonton tv dan buku dihadapan mereka, ia tebak kedua adiknya itu baru menyelesaikan tugas sekolah.
"Mama papa mana bang?" Aqila bertanya pada adik laki-lakinya, sambil duduk disamping adik perempuannya.
"Ke supermarket." Aqila mengangguk, setelah itu matanya beralih pada adik perempuan yang sedang membaca buku.
"Adek lagi baca apa?" Tanya Aqila seraya mengusap rambut halus adik bungsunya.
Terlihat gadis berusia 10 tahun itu mendongak ke arahnya. "Zihni Lagi baca kisah nabi."
Mata aqila terlihat antusias. "Oh ya? Nabi apa?"
"Nabi luth."
Aqila menganggukan kepalanya. "Ohh yang ditugaskan Allah SWT untuk berdakwah di negeri Sodom itu ya?"
Zihni terlihat mengangguk antusias. "Iya kak, yang penduduknya durhaka dan sesat, masa menikah laki laki sama laki laki terus perempuan juga sama perempuan."
Aqila tersenyum simpul mendengarnya, sampai pembicaraan mereka berlanjut menceritakan kisah-kisah nabi.
Ia menilai adik bungsunya ini sangat menyukai cerita tentang kisah nyata jaman dulu. Wajah adiknya cantik dan manis di sisi dagunya terdapat tahi lalat kecil yang membuatnya terlihat sangat manis, tutur katanya juga lembut.
■■■
Tbc!
KAMU SEDANG MEMBACA
Line Of Destiny [On Going]
General FictionAqila hanya seorang mahasiswa semester lima, yang menjalani kehidupan perkuliahannya tanpa keluhan, hidupnya monoton, teman-teman menyebutnya mahasiswa kupu-kupu. Pergi kuliah dan pulang tidak mengikuti satupun organisasi di kampusnya, sesekali ber...