Seorang gadis dengan balutan jilbab hitam mengendarai sepeda motornya dengan kesetanan. Seakan tak memperdulikan kendaraan lain yang menyembunyikan klakson sebagai bentuk emosi akibat perbuatannya, ia menulikan itu semua kendati samar samar suara orang mengumpat, sumpah serapah, dan bunyi klakson bersahutan terdengar samar-samar, tapi siapa peduli.Setelah bergelut dengan keadaan jalanan pagi yang cukup padat akhirnya ia tiba juga. Kelas akan dimulai sekitar lima menit lagi.
Ia melirik ke parkiran yang bukan tempatnya biasa, itu tempat parkiran yang biasa diisi oleh anak laki-laki yang terkenal songong di fakultasnya, sebenarnya awalnya tempat itu bukan parkiran, tempatnya juga kecil, tak tau kapan tempat itu bisa menjadi parkiran yang dikhususkan oleh anak geng songong itu.
Bodo amat! Untuk kali ini saja, ia menghiraukan desas-desus yang tersebar, kalo ada yang berani cari masalah pada salah satu dari mereka itu harus siap-siap mental, toh ia bukan mencari masalah, ia hanya numpang parkir disana.
Ngelatih mental dengan ospek?❎
Ngelatih mental dengan mencari masalah dengan anak begajul songong✔ begitu kata-kata yang tersebar di teman teman perempuannya.Setelah Motor matic hitam kesayangannya terparkir sempurna disana, ia segera melangkah menuju kelasnya yang mungkin saja sudah ada dosen yang masuk.
■■■
"Langsung pulang atau kemana dulu nih?" Tanya Ajeng pada sahabatnya—Aqila.
"Pulang." Ajeng mengangguk.
Mereka pun berjalan menuju parkiran dimana tempat kendaraannya berada.
"Eh lo kemana?" Tanya Ajeng saat melihat Aqila berjalan tak searah.
"Motor aku disana." Jawab Aqila setengah berteriak, tanpa menoleh ke sang lawan bicara.
Saat sampai di parkiran tempat motornya berada, Aqila bernafas lega, karna rupanya tak ada sekumpulan laki-laki disana juga motornya masih dalam posisi utuh.
Saat telah sampai di motornya, ia memarkirkan dulu, agak susah. Karna dibelakang ada motor, memang tadi pagi dibelakangnya tak ada motor, mungkin pemilik motor datangnya sesudah dirinya.
Ia pun mulai memundurkan motornya terlebih dahulu, saat baru saja ia akan memundurkan motor terdengar gerombolan langkah kaki, diiringi obrolan ala laki-laki, gawat!
Salah satu kebiasaan buruk yang melekat pada dirinya ialah, jika dalam keadaan terburu-buru ia seakan tak mengenal kata hati-hati, akibatnya karna ia memundurkan motornya terlalu tergesa dan tak hati-hati tak sengaja motor miliknya menabrak motor yang terparkir dibelakang.
Duk!
Bruk!
Goatcha!!!
"Mampus!" Gumamnya, ia meringis saat motor dibelakangnya terjatuh.
"Woy apaan tuh." Teriak salah satu dari kumpulan laki-laki tadi.
Oh god! Berharap mereka tak mendengar suara itu mana bisa! Motor yang tak sengaja ia jatuhkan itu motor besar, gila bumi aja seakan ikut bergetar karna kaget.
"Wah Raf motor lu itu!"
"Eh iya anjing."
Mereka langsung menghampiri dimana motor salah satu temannya terjatuh.
Dengan tubuh gemeter, gadis bernama lengkap Saqila putri itu pun terpaksa turun dari motornya.
"S-sor-"
"Ni maksudnya apaan?!"
■■■
To Be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Line Of Destiny [On Going]
General FictionAqila hanya seorang mahasiswa semester lima, yang menjalani kehidupan perkuliahannya tanpa keluhan, hidupnya monoton, teman-teman menyebutnya mahasiswa kupu-kupu. Pergi kuliah dan pulang tidak mengikuti satupun organisasi di kampusnya, sesekali ber...