Takut lupa, baca ulang part sebelumnya ya🙏
*latihan futsal
___________Aqila keluar dari kamar mandi dengan badan yang lebih segar, sedang sedikit mengeringkan rambutnya dengan handuk matanya tak sengaja melihat jaket yang tersampir dikursi yang ada dikamarnya, dan seketika tersadar jika tadi Rafli meminjamkannya jaket.
Mengambil jaket itu kemudian ia taruh di keranjang cucian berniat besok mencucinya dan lusa bisa ia kembalikan. Ia lalu mengaktifkan ponselnya yang tengah di charger karna tadi sempat mati berniat mengirim pesan pada Rafli perihal jaket.
_____
To rafli
Assalamualaikum
Maaf, rafli ini jaketnya aku kembaliin lusa gak papa?
___Menatap pesan yang siap dikirim tapi seketika terhenti karna merasa tak perlu toh nanti ia akan langsung dikembalikan, memutuskan untuk menghapus pesannya tapi lagi lagi terhenti ketika terpikir, nanti gimana kalo Rafli berfikiran macam macam atau mencari jaketnya siapa tau jaket yang dipinjamkan ini termasuk barang favoritnya.
Menggigit bawah bibirnya, dan pada akhirnya ia memilih tombol send.
Ting!
Rafli yang tengah makan salad buah yang dibuatkan ibunya seraya menonton tv mengalihkan atensinya pada ponsel disebelahnya yang berbunyi tanda pesan masuk.
Matanya tak sengaja melihat nama yang tertera di pop pesan yang muncul seketika badanya langsung tegap dan dengan sigap ia mengambil ponselnya, membaca pesan itu tanpa sadar bibirnya tertarik sedikit keatas. Padahal pesannya sebenarnya biasa sangat biasa.
Ibunya yang sudah kembali dari dapur melihat anaknya tersenyum mencurigakan seraya menatap ponselnya langsung berseru. "HAYOO!."
Rafli langsung tersentak memegang ponselnya yang hampir terjatuh lantas menatap ibunya tengah menatapnya dengan mata memicing. "Umi apaansi ngagentin aja."
"Dih." Sang ibu menunjuk wajah anaknya. "Senyum senyum liat ponsel ada apa?."
Mendengar itu Rafli langsung mengingat kembali perkara Aqila yang mengirimnya pesan, emang tadi ia tersenyum?. "Senyum apaan deh orang biasa aja juga."
"Dih dih," Sang ibu lalu melihat kearah tangga terdapat sang suami yang tengah berjalan kearah mereka. "Abi liat nih anaknya udah punya pacar." Lapornya.
"Enggak enggak boong bi, orang rafli gak ada pacar juga."
"Masa? Nihh kupingnya napa merah." Ucap sang ibu seraya mencolek daun telinganya.
"Apaan mi ah ganggu deh." Ia lantas berdiri masih dengan ponsel dan salad buah ditangannya, berjalan menuju dapur memilih menikmati makanan disana sekaligus menghindari godaan ibunya.
"Awas ya kamu." Teriak sang ibu yang tak ia hiraukan.
□□□
"Heh! Gue cari cari dari tadi kagak ada." Fadlan berucap setelah tadi mencari cari Rafli di kantin yang ternyata malah berpapasan di koridor.
Rafli mengetuk kepala Fadlan dengan makalah yang ia pegang. "Gue juga nyari lo bego, ayok anter gue dulu ke ruang dosen."
"Ck. Udah telat ege, kenapa gak dari tadi aja si."
"Yaa takut lo ninggalin, udah ayok bentaran doang."
"Enggak enggak, udah telat banget dimulainya jam empat ini udah mau jam empat belum lagi jalan bakal macet, mana ruang dosen jauh lagi."
"Ya terus gimana? Lo mau nilai gue kurang?"
"Eh dek dek." Fadlan yang tengah berfikir melihat junior yang dikenalnya lewat langsung memanggil. "Sini."
Kedua cewek itu saling tatap melihat Fadlan tak yakin tapi Fadlan mengangguk, menggerakan tangannya menyuruh mendekat. "Minta tolong ngasihin tugas temen gue ke ruang pak fuzi nanti, bisa kan?" Tanya Fadlan seraya merebut makalah yang dipegang rafli menyerahkan pada kedua juniornya itu.
"O-oh iya kak bisa." Salah satu cewek itu mengambil makalah yang disodorkan, melirik Rafli yang tengah menggaruk kan kepala yang tak gatal. "Sorry ya." Ucap Rafli akhirnya.
Cewek itu tersenyum seraya menggeleng. "Gak papa kok, kebetulan ini mau ke ruang dosen."
"Yaudah, maaf sama makasih ya udah mau direpotin." Ucap Fadlan. "Udah ayok telat ini." Ia menarik rafli untuk segera berjalan.
"Iya iya sabar kek." Sebelum benar benar pergi Rafli sekali lagi melirik perempuan itu menggerakan bibirnya 'sorry' tanpa suara, cewek itu hanya tersenyum seraya mengangguk.
"Gila lo seenaknya aja nyuruh orang." Gerutu Rafli selesai memasuki mobil Fadlan.
"Ck dia junior yang ikut BEM jadi gue emang kenal." Jawab Fadlan yang memang ia mengenali cewek tadi, karna kebetulan ia termasuk anggota BEM juga.
"Ya tetep aja gue yang gak enak."
□□□
Mereka berdua memasuki ruang indoor lapangan futsal tempat mereka latihan. Dilihatnya sudah ada Zidan yang tengah melambaikan tangan pada mereka.
"Lama banget lo pada." Ucap Zidan saat keduanya mendekat.
"Nih ... pangeran dicariin susah bener." Ujar Fadlan menunjuk Rafli dengan lirikan.
"Kampret, dibilangin gue juga nyari lo." Ucap Rafli tak menerima disalahkan.
"Yaudah yuk, udah ganti baju juga kan." Mereka berdua mengangangguk, mengikuti langkah Memasuki lapangan.
Disana sudah ada anak anak lain juga yang tak lain ialah teman kampusnya sendiri, tidak dekat tapi Rafli cukup kenal.
Ketika wasit sudah menyembunyikan peluitnya pertandingan pun dimulai.
"Pelan pelan jeng." Ujar Aqila yang tengah kesusahan menyeimbangkan langkah Ajeng karna tangannya yang diseret.
"Cepetan itu udah mulai."
"Ya pelan pelan aja- astagfirullah." Ia beristigfar ketika pundaknya bertabrakan dengan seseorang, meringis seraya memegang pundaknya hal itu membuat Ajeng berhenti dan menoleh kebelakang melihat Aqila yang tengah meminta maaf pada seseorang.
"Aduh maaf maaf." Ujar Aqila dengan raut tak enak. Untungnya si cewek yang bertabrakan dengannya itu nampak mengangguk kalem tak mempermasalahkan.
Aqila beralih menatap Ajeng melotot kecil sebagai peringatan yang Ajeng balas dengan cengiran.
Sesampainya mereka di tempat yang pas, Ajeng langsung berseru menyemangati. "Zidaaann semangat!!!" Teriakannya yang cukup kencang membuat beberapa orang menoleh.
Zidan yang mendengar itu langsung melambaikan tangannya dan menggepalkan tangannya keatas tanda ia semangat.
Tidak hanya Zidan yang menoleh tapi beberapa orang yang tengah bermainpun ikut menoleh meskipun hanya sekilas. Termasuk Rafli, yang fikirannya langsung terlintas pada cewek yang kemarin ia antarkan pulang, Aqila. Karna jika ada Ajeng yang merupakan pacar sahabatnya, kemungkinan juga ada Aqila.
Dan ya, Rafli melihatnya. perempuan dengan jilbab milo itu tengah duduk dan sedikit merapikan tatanan jilbab pashminanya, meskipun orang orang di sebelah kanan kirinya memilih berdiri cewek itu nampak tak mau repot repot memberi semangat pada para pemain. Ia lantas tersenyum kecil, merasa semangatnya membara.
"Ganteng ya." Samar samar Aqila mendengar percakapan seseorang disebelahnya.
"Yang mana?" Si temannya menyahut.
"Itu ... yang pake kaos kaki warna ijo sebelah, tuh yang kaos dibelakangnya nomer 06."
Penasaran, Aqila melihat cowok dengan ciri ciri yang disebutkan. Mengernyit ketika Rafli termasuk ciri ciri yang disebutkan dan tidak ada yang lain yang ciri cirinya seperti itu selain Rafli.
Memilih melihat orang disebelah kirinya itu. Dilihatnya seorang cewek dengan rambut sebahunya yang terdapat jepitan keci yang menghiasi kepalanya hingga nampak manis. Karna takut tertangkap tengah memperhatikan ia mengalihkan kembali pandangannya, memikirkan karna merasa tak asing dengan wajah cewek ini, dan ah ya perempuan ini yang waktu itu dibicarakan oleh Sinta.
■■■
Tbc!
18April2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Line Of Destiny [On Going]
Ficção GeralAqila hanya seorang mahasiswa semester lima, yang menjalani kehidupan perkuliahannya tanpa keluhan, hidupnya monoton, teman-teman menyebutnya mahasiswa kupu-kupu. Pergi kuliah dan pulang tidak mengikuti satupun organisasi di kampusnya, sesekali ber...