Sudah seminggu lebih Rafli melaksanakan tugas KKN nya di Subang. Hari di mana Aqila selesai sempro dengan Rafli yang mengantar pulang itu hari terakhir mereka bertemu. Tiga hari awal Rafli melaksanakan KKN, komunikasi mereka terbilang cukup baik, setidaknya setiap hari masih ada komunikasinya yang terjalin. Baru menginjak hari ke empat dan sampai seminggu ini komunikasi mereka jadi tak sesering itu.Mungkin itu karena kesibukan mereka masing-masing, Rafli disana pasti banyak kegiatan, begitu juga Aqila yang dipusingkan dengan urusan skripsinya, bimbingan dan revisi terus menerus. Komunikasi mereka masih terjalin walaupun pesan pagi di balas malem karena kesibukan itu. Hanya tiga hari belakang ini mereka tak menjalin komunikasi. Pesan terakhir tiga hari lalu itu dari Aqila yang membalas 'oke' karena pesan sebelumnya Rafli mengingatkan tentang kesehatan.
Aqila mulai merasa tak tenang ketika dilihat Rafli statusnya online, bahkan cowok itu beberapa kali membuat story Instagram tentang kegiatannya disana. Aqila tak mau memusingkan, ia juga tak berniat untuk menghubungi lebih dulu. Tapi terkadang ia lumayan dibuat gelisah tanpa sebab yang jelas. Cowok itu pasti tau bahwa ia melihat story- nya tapi tak ada tanda-tanda Rafli berniat menghubunginya.
Ting!
Aqila melihat bar notifikasi yang muncul, ternyata dari Ajeng.
Ajeng
P
Kil
DimanaaaAqila
PerpusAjeng
Wait
OteweeAqila hanya membalas dengan emoticon jempol setelahnya. Lima menit setelahnya Ajeng muncul dengan nafas tak beraturan.
"Capek banget?" Aqila bertanya dengan nada menyindir. Menatap sahabatnya yang tengah menunduk mengatur nafas. Kerudung yang dikenakannya nampak tak rapi.
Ajeng melirik dengan cengiran, tak berlangsung lama cewek itu menyambar air minum yang tergeletak di meja. Tapi ada yang janggal dengan matanya, Aqila menggerut kan kening melihatnya.
"Are you okey?"
Ajeng mengangkat bahu, "Gue di ghosting deh kayanya."
"Sama siapa?"
Ajeng menyodorkan ponsel yang memperhatikan sebuah story Instagram seseorang. "Namanya Davin, kita udah deket dua bulan lebih, doi lagi KKN tapi udah seminggu ini kita gak pernah chat lagi padahal sebelumnya tiap hari. Padahal dia aktif sering update juga."
Aqila mengangguk paham. "Udah coba chat duluan?"
"Udah,"
"Terus?"
Ajeng mengidikan bahu ia kembali menyibukkan dengan ponsel. "Gak bales, centang biru dua. Alias cuma dilihat doang." Ajeng melempar senyum masam setelahnya.
Aqila meringis pelan, prihatin. Ia mengusap pundak sahabatnya. "Sabar ya."
Ajeng mengibaskan tangan depan wajah, seakan bukan masalah besar.
"Lo sendiri gimana? Cowok Lo juga lagi KKN kan?"
Aqila mendengus. "Bukan cowok ku,"
"Yaelah iya iya itu si Rafli? Gimana?"
Ajeng memang sudah mengetahui prihal kedekatan mereka. Aqila sendiri yang bercerita. Ajeng tentu saja nampak terkejut, sepertinya juga sahabatnya itu kurang setuju dengan kedekatan mereka.
Aqila mengidikan bahu. "Gatau, udah tiga hari ini gak tuker kabar,"
Ajeng nampak melongo, "Wahh, sama ternyata. Tapi dia aktif?"
Aqila mengangguk sebagai jawaban. Ajeng menggeleng tambah kesal mengetahui nasib sahabatnya tak jauh beda darinya.
"Gue tu takut," Ajeng menghela nafas. "Gue dah beneran sayang sama dia, gue takut dia malah ada cewek lain makanya nge-ghosting gue."
Aqila paham ketakutan sahabatnya, apalagi penyebab putus hubungan dengan Zidan sebelumnya Karna lelaki itu ketahuan berkhianat. Dan tak menghiraukan Ajeng yang meminta penjelasan, cowok itu malah bertindak seolah-olah mendesak supaya Ajeng secepatnya memutuskan hubungan mereka.
Aqila mengusap pundaknya berusaha menenangkan, ia tak pandai berbicara takut-takut omongannya malah menyinggung.
*******
Aqila tengah duduk di depan ruangan Dosen setelah tadi selesai bimbingan, ketika ponselnya berdenting tanda pesan masuk. Cewek itu mengerjep ketika melihat nama si pengirim muncul, cepat-cepat ia membuka pesannya.
________
Rafli
Hei la, apa kabar? Lancar skripsinya?
_______Aqila
Alhamdulillah ini baru beres bimbingan.
Kamu sendiri gimana disana, seru?
_______Sambil menunggu balasan selanjutnya, Aqila membuka Instagram ternyata cowok yang tengah berkirim pesan dengannya membuat story beberapa jam lalu.
Ketika dilihatnya ternyata cowok itu me-repost story sebuah akun berisi foto Rafli dan satu teman KKN nya bersama tiga wanita muda yang salah satunya berjilbab. Tiga wanita itu menggunakan jas berseragam tapi bukan almamater kampus mereka.
Ting!
_______
Rafli
Wiii bagus baguss semangat semangat sampe sidang
Lumayan, warganya pada baik, ramah ramah, ini baru pulang tadi abis dari SMK
______Aqila
Ohh disitu ada SMK juga? Ngajar?
_______Rafli
Iyaa SMK nya ada pesantren
awalnya cuma di pesantren tapi ada yang ngusulin buat bantu ngajar guru yang gak hadir di SMK
______Dari informasi itu Aqila sudah bisa menebak cewek-cewek yang di story itu pasti murid SMK. Ia beralih kembali ke aplikasi Instagram melihat kembali story itu menggunakan akun samaran yang ia buat untuk men-stalking seseorang. Aqila yakin Semua cewek pasti memiliki fake account yang digunakan untuk mengulik profil seseorang.
Aqila menelusuri akun perempuan yang story-nya tadi di repost Rafli. Ternyata di story berikutnya dari akun cewek dengan nama @fahira_45 itu menampilkan sebuah video Rafli dengan satu teman KKNnya yang tengah menjelaskan sesuatu. Rafli terlihat duduk, sedangkan temannya itu yang menjelaskan dengan berdiri. Beberapa murid cewek terdengar menggoda kedua pria yang mengajar itu. Bahkan salah satunya terdengar meminta nomor ponsel cowok yang tengah duduk di kursi guru dengan menopang dagu, —itu jelas Rafli.
"Aa yang lagi topang dagu boleh dong nomernya."
Murid lain terdengar menyoraki perempuan itu, terdengar juga suara kekehan yang berasal dari si pemegang ponsel.
Aqila memberengut kesal melihatnya. Ia keluar dari aplikasi itu, membalas pesan Rafli yang belum sempat di balas hanya dengan jawaban 'oh, oke' dan memutuskan menutup ponsel dengan kembali menaruhnya di saku.
*******
To be continued!Follow Instagram untuk kritik saran & pertanyaan : @Lily🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Line Of Destiny [On Going]
Ficción GeneralAqila hanya seorang mahasiswa semester lima, yang menjalani kehidupan perkuliahannya tanpa keluhan, hidupnya monoton, teman-teman menyebutnya mahasiswa kupu-kupu. Pergi kuliah dan pulang tidak mengikuti satupun organisasi di kampusnya, sesekali ber...