Di sinilah aku berada sekarang, di sebuah rumah mewah yang lainnya. Bukan kediaman keluarga Pradipta yang pernah aku kunjungi beberapa hari yang lalu.
Pria itu memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Terbukti, setelah aku mengantar Juna ke bandara dan sampai di rumah beberapa menit yang lalu, orang suruhannya datang menjemputku.
Aku hanya mengikuti kemauannya sampai aku tidak menyadari sudah sampai di rumah yang dimaksud.
"Ibu Alana kalau ada yang dibutuhkan, Ibu bisa meminta pada Bibi Liliana yang tinggal di pondok belakang. Saya harus pergi karena Bapak sebentar lagi tiba."
Aku tidak membalas ucapannya sampai pria yang mengenalkan dirinya bernama Mark sudah menghilang dari pandanganku.
Tidak lama setelah itu, suara deru mobil dari pekarangan rumah terdengar. Sepertinya suara itu berasal dari mobil milik Pak Pradipta sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Mark tadi.
Dirinya berjalan menghampiriku dengan jas yang sudah disampirkan di lengannya dan dasi yang sudah tidak terpasang dengan rapi. Meskipun terlihat berantakan, entah mengapa dia tetap terlihat sangat tampan.
Alana, apa yang kamu pikirkan?!
Pak Pradipta memintaku untuk duduk di dekatnya, tentunya aku merasa tak enak hati karena bagaimanapun ia sudah berstatus sebagai suami orang.
Bola mataku menoleh ke arah pintu, mencari keberadaan istrinya, namun hasilnya nihil karena aku tidak menemukannya sama sekali.
"Saya hanya datang sendiri," ucapnya tiba-tiba seakan bisa membaca pikiranku. "Kemari?" Pak Pradipta menepuk sofa kosong yang ada di sebelahnya. Sekali lagi dirinya memintaku untuk duduk di sana.
"Ini." Pria itu meletakkan sebuah amplop cokelat di atas meja. "Kamu bisa membacanya dan menandatangani kontraknya."
Ku raih amplop di atas meja berikut pena dari tangannya, membuka amplop tersebut dan mendapati secarik kertas yang sudah dibubuhi tanda tangan oleh Pak Pradipta sendiri.
Jujur saja aku tidak terima dengan salah satu poin ini. Aku melakukan aksi protes saat dimana aku harus melayaninya setiap waktu, dimana pun, dan kapan pun.
Apa dia hyper? Dia sebenarnya mengganggapku sebagai apa? Hanya sebagai alat pemuas nafsunya kah?
"Pak, saya keberatan dengan poin yang ini,"
"Jangan memanggilku dengan sebutan Pak. Cukup panggil Jefri karena aku lebih tua dua tahun darimu."
Aku melebarkan mata tidak percaya, pantas saja kalau dia terlihat masih muda. Lalu apa dia menikah muda juga dengan istrinya?
Alana bukan waktunya untuk menanyakan hal ini. Ayo, kembali fokus!
"Dan juga mulai sekarang anggap aku temanmu, tapi kamu harus ingat batasan. Tidak perlu memanggilku Pradipta, panggil saja Jefri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️
Short Story"Sewakan rahimmu untuk mengandung dan melahirkan anak saya." Bukan hanya sebagai kalimat permintaan melainkan sebuah paksaan. Aku dipaksa untuk meminjamkan rahimku dan membantu pasangan ini untuk memiliki seorang anak. Sebuah kalimat paksaan yang me...