Saat ini, bukan hanya aku yang memilih untuk berdiam diri tidak berniat berbicara dengan Jefri. Jefri pun juga melakukan hal yang sama. Setelah ia mengatakan kalimat panjangnya beberapa menit lalu. Kalimatnya seakan mengatakan bahwa haram hukumnya jika aku berada jauh dari jangkauannya.
Pria yang sedang sibuk dengan ponselnya itu sama sekali tidak mengajak aku berbicara setelahnya. Mungkin dia sedang melakukan aksi protes saat ini. Biarkan saja, aku lebih tertarik dengan Bu Liliana yang sedang kebingungan berada dalam situasi yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
"Bu, aku ingin buah itu. Bisa tolong ambilkan?" kataku meminta.
Jefri melirik ke arahku sesaat, tanpa berbicara kepadaku tangannya meraih apel dan memberikannya kepada Bu Liliana.
"Cuci hingga bersih Lian."
Sang penerima tugas pun hanya mengangguk patuh. Aku sama sekali tidak pernah bisa mengerti dan memahami sikap Jefri. Dia memang ayah dari si kembar tapi haruskah dia menganggapku sebagai musuhnya untuk saat ini? Apa gunanya dia berada di dekatku sekarang jika hanya diam membisu?
"Bu, tidak jadi," sahutku malas.
Maaf Bu, bukan maksudku untuk berbuat tidak sopan pada dirimu tapi tiba-tiba aku merasa tidak nafsu untuk memakan buah itu dan majikanmu itu sungguh sangat membuatku muak.
"Lian, kamu bisa pulang."
"Jangan," sanggahku cepat. Aku tidak ingin jika hanya berdua dengan Jefri.
"Tapi Pak, kalau Ibu Alana butuh sesuatu?"
"Saya suaminya. Biar saya yang mengurusnya," tegas Jefri. Ucapannya terdengar sangat serius seperti ia sedang memberitahu bahwa aku akan baik-baik saja jika bersamanya. Bahkan tidak ada unsur paksaan ketika dia mengatakannya. "Pulanglah bersama dengan Mark."
Tidak ada suara bantahan yang terdengar di telingaku lagi. Sejujurnya aku ingin menahan Bu Liliana agar tetap tinggal bersamaku, menemaniku di rumah sakit. Namun, aku juga tidak bisa egois dan membiarkan beliau mendapat teguran dari Jefri.
Baiklah, aku hanya perlu istirahat dan tidur untuk menghindari pria berkuasa itu bukan?
"Jangan tidur, dengarkan aku dulu," pinta Jefri setelah Bu Liliana menutup pintu kamar inapku dari luar.
"Besok lagi, aku mengantuk."
"Alana, harus berapa kali lagi kamu mengalami hal seperti ini? Ini yang kedua kalinya, apa harus yang ketiga kalinya baru bisa membuatmu jera? Kamu lupa kalau kandunganmu itu terlalu lemah ditambah kamu mengandung bayi kembar. Haruskah aku mengurungmu di kamar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️
Krótkie Opowiadania"Sewakan rahimmu untuk mengandung dan melahirkan anak saya." Bukan hanya sebagai kalimat permintaan melainkan sebuah paksaan. Aku dipaksa untuk meminjamkan rahimku dan membantu pasangan ini untuk memiliki seorang anak. Sebuah kalimat paksaan yang me...