Rasanya sudah lama sekali aku tidak mendatangi Kampus Juna hanya sekedar untuk memenuhi undangan seperti yang aku lakukan sekarang ini. Kehadirannya di ruangan yang sama denganku membuatku terkejut bukan main.
Pak Pradipta, diakah dalang dari semua ini?
Aku mendudukkan diri setelah dipersilahkan duduk oleh rektor tempat adikku menimba Ilmu. "Sebelumnya maaf Pak, apakah adik saya membuat masalah sehingga saya harus memenuhi undangan hari ini?" tanyaku.
Pak Pradipta tersenyum tipis seakan dia sedang merendahkanku, terlihat jelas dari ujung ekor mataku.
"Sebenarnya Bapak Jefri yang meminta Mbak Alana untuk datang kemari. Bapak Jefri merupakan salah satu donator tetap di kampus ini. Dikarenakan Juna yang pintar dan mempunyai potensi untuk berkembang, Pak Jefri merekomendasikan Juna untuk melanjutkan studinya di luar negeri dengan dibiayai dan disponsori oleh rumah sakit yang dimiliki Bapak Jefri sendiri. Tunggu sebentar, saya akan memanggil Juna," ungkap rektor Juna.
Apakah Juna akan mendapatkan program Study Exchange?
"Pak, apa lagi yang Bapak mau dari saya?" tanyaku sembari menoleh ke arahnya. "Saya sudah menolaknya Pak. Tolong jangan melibatkan adik saya."
Aku menatap pintu yang telah tertutup rapat, takut-takut jika ada orang lain yang akan mendengar percakapan kami.
Pak Pradipta tertawa pelan lalu berkata, "Ancaman saya tidak main-main Alana. Saya hanya membantumu agar Juna tidak tahu kalau nantinya kamu mengandung. Setidaknya dengan cara seperti itu mempermudah kamu untuk menghindar darinya, karena rasanya tidak mungkin selama sembilan bulan kamu harus bertemu dia," ujarnya mantap. "Saya rasa, menyekolahkannya di luar negeri adalah pilihan yang sangat tepat."
"Terserah Bapak mau mengancam saya dengan apalagi, yang jelas saya tetap akan menolak."
Pria itu kembali membuka suara. "Kalau itu mau kamu saya bisa mengeluarkan Juna sekarang dengan alasan akan menyetop menyalurkan uang untuk kampus ini. Kampus tidak akan rugi kalau hanya mengeluarkan Juna, tapi kampus akan rugi kalau saya berhenti menjadi donatur mereka. Jadi, tidak ada alasan lagi buat kamu menolak. Kamu tidak mau impian adik kamu hancur kan?"
Aku tidak bisa berdebat lagi dengannya karena Juna dan Pak Kadir sudah ada di antara kami saat ini.
Pak Kadir selaku rektor menjelaskan kepada Juna perihal beasiswanya ke Korea Selatan ditambah dengan Pak Pradipta yang mengenalkan diri sebagai pemilik rumah sakit yang akan memfasilitasi Juna di sana.
Aku menatap Juna yang terlihat bahagia, tercetak jelas dari raut wajahnya. Matanya yang berbinar dan senyumannya yang terus mengembang tanpa pernah luput.
Lalu apakah aku tega memutus kebahagiaannya? Kakak mana yang tidak bahagia melihat sang adik bahagia? Sampai detik ini pun, aku berjuang demi dia. Demi kebahagiaan Juna meskipun aku harus banting tulang ke sana-kemari, aku tak peduli dengan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️
Conto"Sewakan rahimmu untuk mengandung dan melahirkan anak saya." Bukan hanya sebagai kalimat permintaan melainkan sebuah paksaan. Aku dipaksa untuk meminjamkan rahimku dan membantu pasangan ini untuk memiliki seorang anak. Sebuah kalimat paksaan yang me...