Pernah tidak merasakan kesal hingga ingin menangis? Aku sedang mengalami masa itu saat ini. Aku tidak tahu alasan mengapa aku bisa sekesal itu, yang jelas hatiku sedang tidak enak. Aku tidak bisa menahannya, sungguh.
Tidak tahu apa yang mesti aku lakukan agar badmood itu cepat pergi dariku. Rasanya sampai membuatku sesak hingga aku memukul dada berkali-kali.
Bu Liliana yang mendengar suara rintihanku pun segera menghampiri, dirinya terkejut saat mendapatiku yang sudah terduduk di lantai yang dingin dengan tangan yang mengepal, siap untuk memukul dadaku kembali.
"Ibu Al, ada apa?"
"Rasanya sakit Bu, ini sangat sesak. Seperti sulit untuk bernapas. Aku butuh ruang."
"Saya hubungi Bapak ya Bu? Jangan menyakiti diri sendiri. Kasihan baby J."
"Bu, rasanya aku lelah ingin menyerah. Aku sakit tapi dia tidak peduli. Aku tidak tahu apa yang aku sebalkan, aku tak sanggup seperti ini terus, Bu." Aku melepaskan semuanya, segala rasa penatku, segala rasa kecewaku, segala kesedihanku, dan segala kelelahanku.
Kandungan ini terkadang membuatku berada di titik penyesalan. Aku tak menyesal dia hadir di rahimku tapi aku tak tahu bagaimana perasaanku yang sebenarnya saat ini karena semuanya terlihat bercampur menjadi satu.
"Ibu, jangan berbicara seperti itu. Ibu butuh sesuatu? Jalan-jalan? Saya tahu Ibu bosan di rumah. Saya tidak ingin Ibu semakin banyak pikiran. Kita keluar rumah kalau memang Ibu butuh melepas penat, biar saya yang meminta ijin ke Bapak."
Bahkan aku tidak tahu apa yang sedang aku inginkan.
Aku memang memintanya untuk menjauhiku tapi aku tak menyangka dirinya tidak mengabariku selama lima hari. Apa dia sudah tidak peduli dengan anaknya?
"Bu, bisa tinggalkan aku? Aku butuh waktu sendiri."
"Bu, jangan seperti ini. Saya tahu Ibu Alana kuat. Saya hubungi Bapak ya?"
"Tidak perlu Bu. Aku tidak mau bertemu dengannya." Tentu saja aku berbohong karena saat ini aku sangat merindukannya. Bayi ini rindu sekali dengan ayahnya.
Aku ingin memeluk Jefri seharian. Apa keinginanku terlalu berlebihan? Apa dia sedang marah kepadaku karena aku memintanya untuk pulang ke rumah Letta?
"Tolong tinggalkan aku, Bu, " pintaku dengan suara lirih. Aku lelah dan butuh istirahat.
"Baik, saya ambilkan air hangat."
"Tidak perlu Bu. Terima kasih."
Kuremat bajuku dengan satu kali cengkraman kuat, saat ini aku sedang tertekan. Apa Jefri tak peduli denganku? Dimana dia sekarang? Dia benar-benar tidak merindukan baby J?
"Maaf sayang, Bunda terlalu egois karena tidak memikirkanmu." Kupejamkan mataku karena rasanya aku sungguh lelah dan sangat mengantuk.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️
Short Story"Sewakan rahimmu untuk mengandung dan melahirkan anak saya." Bukan hanya sebagai kalimat permintaan melainkan sebuah paksaan. Aku dipaksa untuk meminjamkan rahimku dan membantu pasangan ini untuk memiliki seorang anak. Sebuah kalimat paksaan yang me...