Kejadian beberapa menit yang lalu membuat jantungku hampir berhenti berdetak. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau aku harus kehilangan mereka, Jefri dan juga Nara. Bagaimana bisa Jefri mau mempertaruhkan nyawanya hanya karena membantuku?
Rasa penasaranku mengalahkan rasa takutku. Aku sempat menitipkan Noah pada seorang perawat untuk menyusul Jefri dan juga Juna. Di saat seperti itu aku tidak bisa hanya berdiam diri menunggu kabar dari mereka.
Semua kejadian tadi berputar seperti kaset rusak yang selalu mengganggu pikiran. Bagaimana Jefri mengeraskan rahangnya lalu meminta secara baik-baik kepada seorang pria yang katanya merupakan kekasih dari mendiang Letta yang tidak terima kekasihnya pergi meninggalkannya.
Jika saja Jefri telat sedetik mungkin aku dan Nara sudah tidak bernyawa. Bahkan Jefri merelakan dirinya sendiri, menukarkan nyawanya agar Nara tetap bersamaku. Beruntung pula polisi datang di waktu yang tepat. Pria asing itu tertawa ke arahku saat polisi membawanya pergi.
Derit pintu terdengar membuat atensiku teralihkan. Aku melihat Juna berjalan ke arahku yang sedang terbaring di ranjang. "Bagaimana dengan kondisi Jefri?" tanyaku dengan wajah cemas.
"Pikirkan dulu bagaimana kondisimu sekarang, baru pikirkan kondisi orang lain."
"Yang kamu sebut orang lain itu suamiku, Jun. Dan dia yang terbaring di ranjang dengan kondisi tidak berdaya itu telah membantu kakakmu. Kalau bukan karena Jefri, mungkin kamu tidak akan melihatku dan Nara."
"Kondisinya baik. Dia hanya tidak sadarkan diri."
"Lalu bagaimana dengan luka di perutnya?"
"Tidak ada yang harus Kakak khawatirkan. Orang itu baik-baik saja."
"Orang itu?" Kamu mulai jengah dengan tingkah Juna. Tidak bisakah dia berempati sedikit? Apa dia tidak melihat bagaimana usaha Jefri menyelamatkan keponakannya sendiri?
"Sebenci itukah kamu dengan seseorang yang rela menukar nyawanya dengan keponakanmu sendiri?"
Juna menatapku sekilas. Seakan tidak peduli, dia berjalan ke arah baby box dimana Nara dan Noah sudah tertidur setelah keramaian yang terjadi.
Banyak polisi yang berlalu lalang memasuki kamar ini begitu pula dengan dokter yang tidak henti-hentinya mengecek kondisiku juga si kembar.
"Mau ke mana?" Pergerakanku terhenti saat Juna menatapku. "Jangan banyak bergerak. Kakak lupa kalau Kakak sempat mengalami pendarahan? Jahitanmu lepas."
Aku mengurungkan niatku untuk melihat Jefri karena jujur aku terlampau khawatir dengan keadaannya. Apa dia benar baik-baik saja setelah mendapat tikaman pisau dari seseorang yang mencoba membunuhku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️
Truyện Ngắn"Sewakan rahimmu untuk mengandung dan melahirkan anak saya." Bukan hanya sebagai kalimat permintaan melainkan sebuah paksaan. Aku dipaksa untuk meminjamkan rahimku dan membantu pasangan ini untuk memiliki seorang anak. Sebuah kalimat paksaan yang me...