Dejun membawaku pulang ke rumahnya. Saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Aku tidak tahu jika dirinya sudah menikah karena semenjak aku memilih tinggal di Jakarta kami benar-benar lost contact.
"Jun, kalau aku tahu kamu sudah beristri aku tidak akan meminta bantuan padamu," ujarku tak enak hati. Jujur aku takut istrinya akan salah paham, mengira aku sudah bermain api dengan suaminya.
"Tenang saja, Dira tidak mungkin mencurigaimu, Al. Dia wanita yang sangat baik. Lagipula aku sudah memberitahunya sebelum membawamu pulang."
"Kamu yakin?"
"Dia mengijinkanmu tinggal di rumah, jadi apa lagi yang membuatmu resah? Oh iya, tadi ada seorang pria berdimple yang mencarimu. Apa itu pria yang menguntitmu?"
"Dia suamiku, Jun." Dejun melebarkan matanya sesaat. Aku tahu dia pasti akan terkejut. Bukan hanya dirinya tapi aku pun juga sama. Aku masih memikirkan bagaimana Jefri bisa menemukan cafe Dejun? Rumahku dengan cafe milik Dejun letaknya lumayan jauh. Aku jadi berpikir mungkin pria yang menguntitku tadi adalah orang suruhan Jefri.
"Al, aku yakin dia sedang mencurigaiku."
"Tentu. Aku juga berpikiran yang sama denganmu ditambah kamu yang tidak sengaja menyebutku sedang mengandung."
"Dari mana kamu tahu?"
"Maaf, aku mendengar percakapan kalian."
"Maka dari itu kamu bersembunyi di lemari?" tanya Dejun tak percaya.
"Seperti itu lah."
"Al, apa yang membuatmu ingin berjauhan darinya? Kamu ada niatan untuk berpisah darinya?"
"Aku sudah memintanya untuk berpisah, tapi dia menolak, lebih gilanya lagi dia akan menceraikan istrinya."
"Bukankah lebih bagus? Kamu akan menjadi satu-satunya. Aku tahu dia sangat mencintaimu dengan tulus, Al. Aku bisa merasakannya. Dia sangat mengkhawatirkan kamu."
"Bukan karena itu, luka yang dia goreskan untukku terlalu dalam sampai aku tidak bisa mempercayainya lagi." Dejun mengangguk paham.
Mobil yang dikendarai Dejun pun berbelok ke arah perumahan yang cukup minimalis. Ah, dia pindah di perumahan ini ternyata.
"Ini rumahku. Ayo masuk."
Aku mengangguk patuh, membawa tas berisi dompet dan ponsel yang aku bawa.
"Jun, terima kasih banyak. Kau sangat berjasa untuk si kembar."
Dejun menghentikan langkahnya kemudian berbalik arah untuk menatapku.
"Meskipun kamu pergi tanpa pamit saat meninggalkan kota ini, aku tetap menganggapmu sebagai sahabatku, Al."
Aku tersenyum tipis. "Maaf untuk itu, aku tidak bermaksud...."
"Sudah lupakan, ayo masuk. Istriku sudah menunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️
Proză scurtă"Sewakan rahimmu untuk mengandung dan melahirkan anak saya." Bukan hanya sebagai kalimat permintaan melainkan sebuah paksaan. Aku dipaksa untuk meminjamkan rahimku dan membantu pasangan ini untuk memiliki seorang anak. Sebuah kalimat paksaan yang me...