My Status

1.2K 105 2
                                    

Aku berniat untuk menghubungi adikku melalui video call karena dia sempat mengirimi pesan setelah sampai di apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berniat untuk menghubungi adikku melalui video call karena dia sempat mengirimi pesan setelah sampai di apartemennya.

Jefri membelikannya satu unit apartemen tipe 2BR untuk Juna tinggali. Sebelumnya aku sempat menolak pemberiannya itu, namun Jefri tidak menanggapi penolakan dariku.

"Alana hidupmu sudah terlalu rumit, jangan membuatnya semakin rumit lagi. Aku sudah memberitahu Juna kalau aku menyewakan apartemen untuk tempat tinggalnya."

"Satu lagi sebagai seorang kakak harusnya kamu ikut senang melihat hidup adikmu lebih baik dari pada sebelumnya."

Itulah beberapa kalimat yang aku ingat saat kami berdebat tadi sore setelah aku menanyakan Juna akan tinggal dimana.

Aku menoleh ke arah ponsel yang sedang berdering, lalu menatap layar yang menampilkan nama seseorang yang aku tunggu kabarnya sejak tadi.



Juna is video calling...



Dengan segera aku menerima panggilan tersebut. Juna menampilkan senyuman khas miliknya yang membuat matanya tidak terlihat jika dirinya sedang tersenyum atau pun tertawa.

"Bagaimana di sana?" tanyaku.

"Masih terasa asing untukku tapi sepertinya aku betah tinggal di sini," balasnya seraya terkekeh.

Aku mengangguk paham lalu tersenyum. "Tidak apa-apa, kalau kamu betah, tinggallah disana sesukamu."

Dia menertawakan ucapanku. "Juna hanya bercanda Kak. Rasanya tidak mungkin aku membiarkan kakakku sendirian di sana kecuali Kakak sudah menjadi istri Kak Sean. Juna tidak akan khawatir untuk tinggal lebih lama di sini," jawabnya sembari mengangkat kedua alisnya untuk menggodaku.

Aku hanya terdiam tidak menanggapinya. Juna, mengapa kamu tepat sasaran. Apa kamu bisa merasakannya? Besok aku memang sudah menjadi seorang istri, istri dari orang yang membiayai kuliahmu di sana.

"Kak?" Panggilan Juna membuatku tersadar.

"Iya Jun? Kamu sudah makan?"

Juna pun mengangguk. "Sudah, tadi aku memasak ramyun."

Ramyun?

Aku mengomelinya agar tidak terbiasa mengkonsumsi makanan itu. "Jangan sering memakan mie instan. Tidak baik untuk kesehatan kamu. Jangan karena tidak ada aku, kamu bisa leluasa untuk mengkonsumsinya."

"Iya. Kamu tidak perlu khawatir, aku bakal jaga pola makan. Oh iya Kak, aku baru tersadar, Kakak sedang di luar? Seperti bukan di kamar?"

Tepat sasaran. Kuberitahu hal penting, adikku ini memiliki tingkat kepekaan yang cukup tinggi.

Juna menunggu jawaban yang memang belum bisa aku jelaskan secara rinci padanya. Harus bagaimana aku menjelaskannya?

Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang