Pada kenyataannya tak mudah untukku melepaskan diri dari seorang Jefri. Aku sadar jika dirinya memiliki sifat arogan yang membuatnya begitu menyebalkan di mataku. Kurang apalagi? Di saat aku benar-benar memohon, memintanya untuk mundur dan mencari kebahagiaannya sendiri tapi dia justru memilih untuk bersamaku.
Untuk apa harus memaksakan kehendak sedang semesta memang tak menginginkan kita bersama? Akan sama saja hasilnya, iya kan?
Bukankah akan berujung untuk saling menyakiti? Aku, dia dan Letta. Bisakah kita berdamai dan saling melupakan? Aku akan melupakan semua perlakuan mereka terhadapku, melupakan rasa sakit yang ku derita karena mereka.
Bisakah?
Bisakah mereka membiarkanku hidup? Kembali hidup normal meski pada akhirnya aku akan menjadi Alana si pekerja keras seperti sebelumnya.
Aku tidak munafik, apa yang Jefri berikan terhadapku perihal materi dan perhatiannya kepada baby JJ patut aku syukuri terlepas dari perlakuannya terhadapku itu. Ya, tiap orang memiliki sisi gelap dan aku sadar itu.
Tepukan pelan di bahuku membuatku terbatuk seketika. Istri dari Dejun mengejutkanku di saat aku sedang melamun, aku sendiri tak tahu kapan dirinya tiba di rumah.
"Kamu sedang melamun? Ini diminum," ujarnya.
Kuraih gelas berisi air mineral yang dia ulurkan kepadaku.
"Maaf, aku hanya terkejut."
"Maaf ya aku mengejutkanmu. Bagaimana Alana? Apa kata dokter? Dokter memperbolehkanmu untuk perjalanan jauh kan? Kita naik pesawat saja. Setidaknya kamu tidak terlalu lama di perjalanan, naik kereta juga tidak terlalu bagus untuk janinmu nanti."
"Itu..." Aku menatapnya lekat. Ada rasa kecewa dari wajahnya, sepertinya Indira menginginkanku untuk menemaninya.
Apa aku keterlaluan jika menolak ajakannya?
"Tidak boleh ya?"
"Bukan begitu Ra. Maksudku, dokter memperbolehkan aku berpergian. Kandunganku baik-baik saja dan tidak masalah untuk itu tapi, aku tidak tahu. Aku ragu untuk menemanimu. Maaf ya?"
"Apa tidak bisa? Apa yang membuatmu meragu Al? Aku butuh teman dan bantuan di sana."
"Iya tapi.. Baiklah... Aku ikut.."
Pada akhirnya aku mengalah karena aku takut mengecewakan Indira. Dia terlalu baik karena sudah mengijinkan aku untuk tinggal di rumah ini. Dengan menemaninya ke Jakarta setidaknya aku bisa membalas kebaikannya.
"Terima kasih Al. Ayo bersiap. Keberangkatan kita dipercepat."
"Apa?!"
"Iya, partner-ku akan ke luar kota beberapa hari jadi kita memilih untuk membuka cabang Lusa." Tangannya tergerak untuk mengusap perut buncitku. "Semua persiapan sudah rampung jadi tidak perlu khawatir. Kita hanya perlu membawa diri dan mempersiapkan yang kurang sedikit lagi. Kirimkan aku no ID-mu, aku akan memesankan tiket."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️
Cerita Pendek"Sewakan rahimmu untuk mengandung dan melahirkan anak saya." Bukan hanya sebagai kalimat permintaan melainkan sebuah paksaan. Aku dipaksa untuk meminjamkan rahimku dan membantu pasangan ini untuk memiliki seorang anak. Sebuah kalimat paksaan yang me...