Confess ⚠️

970 82 5
                                    

Netraku menatap langit-langit kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netraku menatap langit-langit kamar. Sudah sehari berlalu tapi Jefri belum juga menghubungiku. Apakah dia bertengkar hebat dengan istrinya? Aku sangat mengkhawatirkan dirinya saat ini.

Sebuah ketukan pelan terdengar di telingaku. "Masuk Bu," pintaku. Kutatap wajah Bu Liliana dengan ekspresi ketakutan. Ada apa dengannya?

"Ibu kenapa?"

"Katakan saja, ada apa?" tanyaku lagi karena dirinya terlihat takut jika aku marah.

"Bapak meminta saya dan Ibu untuk berkemas. Bapak memberitahu saya kalau kita akan pindah ke Malang," jelas Bu Liliana.

Bukan hanya terkejut, mendadak aku menjadi sakit kepala, dan perutku terasa nyeri. "Kenapa Bapak tidak menghubungiku?"

"Saya tidak tahu, Bu. Tapi saya dengar suara seseorang yang sedang bertengkar, sepertinya Bapak sedang bertengkar dengan Bu Letta," ungkap Bu Liliana.

Entah ia hanya menerka atau memang itu yang sedang terjadi pada mereka. Aku menghela napas pelan, berharap semoga hubungan mereka baik-baik saja. Mereka seperti ini karena aku kan? Karena aku yang masuk ke dalam hidup mereka.

"Bisa bantu aku berkemas? Perutku sedikit sakit."

"Ibu baik-baik saja?"

"Jangan khawatir, aku dan dia akan baik-baik saja."

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka hingga Jefri memutuskan untuk membawaku ke Malang atau memang ini adalah langkah awal dirinya ingin membuang kami?

Jangan berpikiran bodoh Alana. Jefri yang meminta agar kamu tidak terlalu banyak berpikir. Ketika kita berpikiran negatif maka kita akan semakin tertekan.

Sejam berlalu, Bu Liliana bahkan belum selesai membantuku. "Bawa yang diperlukan saja Bu. Biar aku meminta Bapak untuk membawakan sisa barang-barangku ke kontrakan lama."

Wanita paruh baya itu mengangguk paham. Aku bersyukur kehadiran beliau di dekatku membuatku merasa tidak kesepian. "Ibu belum meminum susu hamil ya? Saya buatkan dulu."

"Tidak perlu, aku bisa membuatnya sendiri. Sekarang Ibu bisa berkemas. Sisanya biar aku yang selesaikan. Terima kasih."

Belum lama aku mengucapkan kalimat itu, suara derit pintu terbuka lebar terdengar. Baik aku dan Bu Liliana, kami sama-sama menoleh ke arah pintu dan mendapati Jefri yang sedang berjalan menghampiri kami dengan rahang tegas yang terpatri di wajah tampannya..

"Lilian, tolong tinggalkan kami dan pergi ke rumah belakang. Jangan masuk rumah ini sampai saya yang meminta."

Aura Jefri semakin menggelap, aku tahu jika dia sedang marah. Tapi apakah dia akan melampiaskannya kepadaku? Mendengar suara pintu telah tertutup. Dengan sekali tarikan pelan pria itu berhasil menarikku ke dalam rengkuhannya.

Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang