Terbangun di tempat lusuh membuat diriku merutuki kebodohanku sendiri. Sejauh apapun aku dan Jefri berusaha jika Tuhan berkehendak aku dipertemukan kembali oleh Letta, kami bisa apa? Tetapi bukan seperti ini jawaban dari doa yang selalu aku panjatkan setiap harinya.
Pasrah itu yang aku lakukan sekarang. Kalaupun Letta menginginkan aku mati, aku hanya bisa berharap dirinya masih memiliki belas kasihan kepada si kembar dengan membiarkan anak-anak ini melihat indahnya dunia.
Aku hanya ingin memperkenalkan dunia kepada mereka bahwasanya tidak semua orang bertindak jahat. Akan ada orang baik di antara orang-orang jahat. Orang jahat pun bisa berubah menjadi orang baik, begitu pula sebaliknya.
Dan aku sendiri yakin dari lubuk hatinya yang paling dalam, Letta tidak berniat untuk melakukan itu. Dia hanya dibutakan oleh rasa cemburu yang berlebihan. Rasa kesepian dan kurangnya perhatian dari Jefri membuat dirinya seperti itu, memiliki kebencian terhadapku.
Terkadang aku berpikir. Kenapa mereka harus membenci atau merasa iri dengan apa yang aku miliki? Jika dikatakan mereka memiliki segalanya dari padaku, sangat terlihat jelas bahwa aku tidak memiliki apapun.
Apa yang membuat mereka bertindak demikian? Dan kenapa harus aku yang mereka benci? Padahal aku tidak melakukan hal-hal yang membuat mereka tertarik untuk membenciku. Rasanya serba salah ketika menjadi orang biasa yang tidak memiliki apa-apa.
Pandanganku mengedar ke arah sekitar. Tidak ada perabotan apapun di kamar yang sangat sempit ini. Aku kembali menyandarkan tubuhku pada dinding yang terlihat tidak terurus. Bahkan lantai yang tadinya berwarna putih pun berubah karena kotor. Aku tidak tahu seberapa lama rumah ini tidak dihuni oleh manusia.
"Semoga aku bisa kuat melewati cobaan ini dan tolong bekerjasama. Jangan menggangguku ya karena aku tidak berniat untuk mengganggu kalian."
Ya, aku sangat takut. Itu fakta yang tidak bisa aku tutupi. Bagaimana jika malam nanti tiba? Tidak ada lampu yang menerangi gelapnya kamar ini. Lalu bagaimana aku bisa memberikan nutrisi untuk si kembar?
Suara kereta api terdengar jelas di telinga. Aku merubah posisi menjadi berdiri. Mencari cela untuk melihat bagaimana keadaan sekitar.
Terlalu hening, tidak ada suara kehidupan dari yang lain. Hanya ada suara kereta yang bersahutan itu pun dalam waktu tertentu.
"Di mana ini? Apa dia berniat mengurungku sampai aku mati?"
Wajah Jefri seketika melintas diingatan. Aku yakin jika dirinya sedang khawatir saat ini. Hanya dia yang menjadi harapan satu-satunya untuk membantu.
Aku kembali mendudukkan diri di dekat jendela yang tertutup rapat dan dipalangi oleh beberapa kayu. Mereka sengaja melakukan ini agar aku tidak melihat dunia luar.
"Kalian baik-baik saja kan? Mari kita bertahan. Bunda yakin, Ayah sedang berjuang untuk mencari kalian. Jangan takut." Berbicara dengan mereka membuat diri ini lebih tenang. Setidaknya aku tidak sendirian karena ada mereka yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Pengganti | Jung Jaehyun ✔️
Short Story"Sewakan rahimmu untuk mengandung dan melahirkan anak saya." Bukan hanya sebagai kalimat permintaan melainkan sebuah paksaan. Aku dipaksa untuk meminjamkan rahimku dan membantu pasangan ini untuk memiliki seorang anak. Sebuah kalimat paksaan yang me...