Kring!
Alarm Jungkook menyala tepat jam 5. Karena, ia mandi memakan 30 menit, hingga ia harus bangun tidur sepagi mungkin.
Namun, Jungkook juga seperti laki-laki pada umumnya, molor. Hingga tak sadar, Jungkook molor 30 menit. Somi yang sudah mandi, menunggu abangnya keluar dari kamar.
"Somi, bangunin abang kamu gih. Kayaknya molor lagi abang kamu" Pinta Ji Eun, Somi mengangguk lalu menaiki tangga menuju lantai 2, dimana kamarnya dan kamar Jungkook ada disana.
TOK TOK TOK
"Bang, bangun. Mandi sana, kan abang masih sekolah" Seru Somi diluar kamar Jungkook.
Tidak ada sahutan dari Jungkook. Somi menduga, Jungkook menunda-nunda waktunya.
"Bang, bangun dong. Somi mau siap-siap terus sarapan!" Somi mulai tidak sabar dengan abangnya ini. Kalau Somi hari ini libur, pasti ia akan tidur saja dari pagi sampai malam. Itu kalau libur.
"Bang, kalau abang gak bangun. Somi dobrak nih!" Pintu terbuka, Somi menghela napas leganya. Akhirnya, abang molornya ini bangun.
"Nah gitu dong, Somi bisa irit suara nih. Kan sayang banget suara Somi buang buat hal yang gak guna" Jungkook memandang adiknya malas.
"Ya udah, cepat mandi sana. Nanti mama marah, rasain" Somi turun menuju ruang makan.
Jungkook mengusap wajahnya, mengucek matanya agar penglihatannya tidak kabur. Paginya terasa lelah, apa mungkin karena tadi malam ia terus memikirkan Eunha?
Tak mau berpikir yang berat dipagi hari, Jungkook segera mandi. Agar, badannya terasa segar lagi.
=M(Y)H=
Keluarga Kim kini sarapan seperti biasanya, tenang dan khidmat. Masing-masing bergelut dengan pikiran mereka sendiri. Hingga, tidak ada pembicaraan saat makan dimeja.
Setelah sarapan selesai, mereka berpindah keruang keluarga untuk pembicaraan ringan juga mempersiapkan diri untuk berangkat kerja maupun sekolah.
"Jennie" Panggil tuan Kim, Jennie menoleh pada ayahnya.
"Apa pa?" Jennie berharap, papanya tidak menyinggung tentang kelanjutan hubungannya dan Jong In. Jong In saja sekarang hilang seperti ditelan bumi, atau mungkin ditelan laut?
"Gimana? Jong In sudah lamar kamu?" Jennie menghela napas berat. Seokjin dan Yewon melihat Jennie, merasa iba.
"Belum" Lirih Jennie, tuan Kim sebenarnya juga sedih. Maka dari itu, ia tak mau putrinya sedih. Sehingga, ia merencanakan perjodohan itu.
"Jadi, gimana? Mau tetap tunggu, atau—"
"Jennie tetap tunggu, pa" Interupsi Jennie membuat tuan Kim mengangguk.
"Kak Jennie, Yewon bareng kakak ya?" Tanya Yewon dengan senyum hangatnya, Jennie mengangguk setuju.
"Pa, ma. Jennie sama Yewon pamit pergi kerja sama pergi sekolah ya?" Pamit Jennie sebelum ia dan adiknya keluar dari rumah.
Disepanjang perjalanan, Jennie diam saja dengan ekspresi kesal, marah, dan sedih.
Yewon saja melihat wajah Jennie yang seperti itu, tak mau membuka pembicaraan. Ia tahu, kakaknya tengah tak karuan moodnya.
Sesampainya didepan sekolah Yewon, Jennie memberhentikan mobilnya. Jennie dan Yewon keluar dari mobil lalu berjalan mendekat kegerbang sekolah Yewon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Younger) Husband (Uncontinued)
FanfictionPERJODOHAN memangnya masih berlaku dijaman seperti ini? ah kulot sekali! Namun, itu tidak membuat Tuan Kim mengurungkan niatnya. Yakni, menjodohkan anak perempuannya kepada anak saudara 'angkat'nya. Jennie Kim. siapa yang tidak kenal CEO dari Kim'...