=Akan Runyam (?)=

125 24 8
                                    

Jungkook menatap jam dinding yang terus berdenting di sunyinya tengah malam. Pukul satu dini hari tidak menghentikan Jungkook untuk terus melamun, membuka ponselnya, dan berjalan kesana kemari dengan kegelisahan yang ada. Memandangi Jennie hanya membuatnya semakin gelisah.

"Gimana lo sama Kak Jennie?" Jungkook mengernyit.

"Maksud lo kak?" tanya Jungkook secara rinci. 

"Gua tahu belakangan ini lo sama kak Jennie lagi gak baik-baik aja, semenjak mendiang opah lo berpulang," jelas Yewon. 

Jungkook diam sejenak. "Em, ya, gak yang gimana-gimana, sih, Kak."

"Bener?" tanya Yewon lagi dan Jungkook mengangguk mantap.

Diam sejenak, membiarkan angin dari jendela cafetaria rumah sakit berhembus. Keduanya berfokus pada minuman masing-masing, karena canggung akan topik percakapan mereka sekarang.

"Emangnya, kenapa lo tanya begitu, Kak?" tanya Jungkook penasaran.

Yewon menghela sejenak. "Ya, teman kak Jennie cerita sama gua. Dia cerita, kalau kak Jennie sering ke rumah dia buat curhat. Lo tahu kak Nayeon, kan?"

Jungkook hanya mengangguk.

"Nah, Kak Nay kasih opininya ke gua, kalau disaat itu, lo sama Kak Jennie bertengkar. Waktu gua dengar cerita itu, gua ngerasa janggal. Soalnya, kalau ada apa-apa, kak Jen selalu cerita ke orang rumah," tambah Yewon. Nada jengkelnya terdengar di telinga Jungkook.

Jujur saja, Jungkook tak tahu harus berkata apa. Karena apa yang ia dengarkan, ia tak mau menyangkal, semua benar adanya. Ada jarak dan luka yang ditimbulkan diantara keduanya.

"Tapi kalau lo bilang kalian berdua baik-baik aja, yaudah." Yewon menutup topiknya yang Jungkook tak sanggup melanjutkannya. 

Senyap lagi, tapi dengan atmosfir yang sudah berbeda. Yewon yang sedikit emosi dan Jungkook yang tak tahu harus berkata apa. Takut mulai menjalar pada Jungkook. 

"Udah. Yuk balik, siapa tahu kak Jennie udah bangun."

Keduanya bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan cafetaria. Walaupun suasana kini berubah sedikit tegang, Jungkook tetap berjalan bersampingan dengan adik iparnya. Semoga saja jengkelnya Yewon mereda.



=M(Y)H=



"Na! Dengerin gua dulu!"

Yang dipanggil masih menangis. Berusaha menarik tangannya yang masih ditahan oleh lelaki di depannya. 

"Lepasin gua! Lepasin tangan gua!" 

Tangan lelaki itu makin erat menggenggam pergelangan sang perempuan. Tangan lainnya pun merengkuh pinggang. "Eunha! Dengerin gua dulu, please!"

Ya, Eunha. Ia menangis tersedu-sedu sedari tadi. Menatap manusia yang memuakkan untuk Eunha.

"Gua gak bermaksud buat tinggalin lo sama bayi itu-"

"Bayi itu? Lo bilang bayi itu? Ini anak lo, brengsek!" seru Eunha sekuat tenaga dengan telunjuknya yang mengacung tepat di depan wajah sang lawan bicara.

"Iya, gua tahu, gua salah. Dengerin gua sekarang. Ayo ikut gua, ayo kita mulai lagi dari awal, dan ayo hidup sama gua. Gua jamin hidup lo-"

"Lo mau jamin apa?! Lo mau jamin anak ini bakal hidup dengan kasih sayang dari lo? Atau jaminan lo hanya sekedar harta doang?" Ibu hamil itu menatap tajam pada sang lelaki itu.

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang