=Suddenly=

210 47 45
                                    

"Apa, sih, Kook? Gak usah macem-macem!" seru Eunha marah.

"Ini demi keamanan lu, Na," balas Jungkook sembari menghela napas. Ia bersandar pada sofanya.

"Gak! Gila banget!" Eunha pergi ke arah ruang makan.

Ia duduk pada salah satu kursi. Memikirkan ide gila Jungkook sembari memijat pangkal hidungnya.

Jungkook datang perlahan dan berhenti di belakang Eunha. "Tolong, pikirin baik-baik."

"Apa yang perlu dipikirin?!" ucap Eunha emosi.

Eunha kembali menangis untuk kesekian kalinya. "Cukup nama gua kotor karena gua ngekhianatin elu dan hamil di luar nikah!"

"Please! Gua Cuma mau lindungin lu, Na," ujar Jungkook.

Ia pun maju selangkah, lalu berjongkok menyamakan tingginya dengan Eunha yang berada di kursi. Kedua tangannya bertumpu pada bahu sempit Eunha, dan menatap netra bulat itu memohon.

"Tolong. Lu tadi hampir aja di culik sama orang. Gua takut lu di apa-apain," tutur Jungkook, Eunha menghela napas.

Sebenarnya bukan hanya kejadian tadi siang. Beberapa kali Eunha diteror oleh seseorang. Namun, Eunha tak pernah tahu siapa yang menerornya. Eunha berpikir, hanya orang jahat atau preman yang tak ia kenal. Tetapi, sesaat Jungkook berkelahi dengan seseorang itu. Ada suatu tanda yang membuat Eunha tercengang.

"Tolonglah, Na. Gua mau nolongin elu sama bayi lu," ucap Jungkook yakin.

Entah ke berapa kalinya, Eunha menghela napas.

=M(Y)H=

Jennie melamun sekarang. Entah kenapa ia selalu melamun, padahal ia sedang rapat bersama rekan kerja samanya. Seperti saat ini.

"Bagaimana dengan pendapat Bu Jennie?" tanya salah satu rekan kerjanya.

Jennie tetap diam dan tak berubah dari sikap melamunnya. Matanya menatap ke bagian tengah meja dengan tatapan kosong. Seperti sedang dilanda masalah.

Semuanya kebingungan. Mereka mengira kalau Jennie kelelahan atau kurang enak badan. Padahal, bukan itu yang terjadi. Hanya hatinya saja yang lelah dan kurang baik sekarang.

"Bu, gimana pendapatnya Ibu?" tanya Joohyun sembari menggoyangkan bahunya. Barulah Jennie sadar akan panggilan sekitarnya. Semua orang menatapnya seperti bingung.

"O-oh saya gak a-apa, kok. Sampai mana tadi penjelasannya?" tanya Jennie balik seperti tidak ada apa-apa.

Rekan kerjanya mengulangi ide yang sudah ia jelaskan sebelumnya. Tapi karena Jennie yang meminta penjelasan lagi. Namun, otak Jennie sudah susah memahami apa yang di jelaskan.

"O-oh, iya boleh, kok. Saya boleh aja, sih," ucap Jennie yang terdengar pasrah saja.

Semua yang berada di ruang rapat mengernyitkan dahi dan kebingungan. Namun, rapat sudah selesai dan mereka memilih bubar daripada menggosip.

Jennie beserta Joohyun kembali ke ruangan Jennie. Sesampainya mereka, Jennie lebih memilih duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Joohyun merapikan berkas yang penting dan mengambil beberapa dokumen yang dibutuhkan. Sesaat Joohyun melakukan pekerjaannya, mata Joohyun meneliti wajah Jennie dengan tajam.

Kantung mata mulai terlihat, juga mata yang agak sembab, dan bibir yang sedikit pucat. Joohyun terheran saat menyadari keadaan wajah sang Bos. Sebenarnya ia tak perlu memperhatikan. Tapi, satu sisi Joohyun, dirinya ingin bertanya dan mau menolong Jennie. Jennie terlihat sedang dalam masalah.

"Bu?" panggil Joohyun di seberang meja kerja Jennie.

Joohyun memutuskan duduk, dan melihat Jennie yang keadaannya mulai memprihatinkan.

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang