=Bad Feeling=

179 40 3
                                    

Jungkook terbangun dari tidurnya. Tubuhnya masih terasa lemas, walau tak separah saat ia terbangun dari pingsannya. Dan kali ini, Jungkook menyesal karena melupakan sarapan. Padahal, ia tahu sewaktu dulu, ia pernah masuk rumah sakit karena tidak makan selama dua hari. Untung saja, tidak ada masalah serius dengan pencernaannya.

Tersadar dari lamunannya, Jungkook menatap jam dinding yang tergantung di sisi kanannya. Jarum pendek menunjukkan pada angka lima. Dengan segera, Jungkook bangun dari tidurnya walau kepalanya mash terasa berat. Kedua kakinya pun berpijak pada lantai. Dengan berpegangan pada kasurnya, Jungkook berusaha berdiri.

"Akh," keluh Jungkook saat merasakan lemas tubuh dan pusing di kepalanya.

Klek!

"Jung-"

Bruk!

"-JUNGKOOK!"

Jennie menjerit terkejut saat membuka pintu, Jennie mendapati Jungkook yang duduk tersimpuh sembari berpegangan pada rangka kasur dan meringis kesakitan. Dengan cepat, Jennie menolong Jungkook untuk duduk di tepi ranjang.

"Kalau lu belum kuat, jangan dipaksa, Kook!" kata Jennie sembari memberikan air minum pada Jungkook, dan pemuda itu meminumnya dengan perlahan.

Jungkook menghela napasnya pelan. "Gu-gua pengen makan."

"Kan, bisa panggil gua," kata Jennie dan mengerutkan dahinya. Ia benar-benar khawatir saat melihat Jungkook yang wajahnya masih terlihat pucat.

"I-iya. Maaf, Kak Jennie," cicit Jungkook menunduk.

Melihat itu, Jennie merasa bersalah. Ia menghela napasnya, lalu berjongkok menghadap Jungkook yang menunduk. Tangan Jennie meraih dan bertaut dengan tangan Jungkook. Jennie mengelus pelan telapak tangan pemuda itu. "Gua juga minta maaf."

=M(Y)H=

Jungsoo sedang menonton siaran berita di televisi. Berita yang menyajikan kabar terkini tentang situasi politik dan sosial di negara ini.

Namun, tiba-tiba Jungkook yang dipapah oleh Jennie turun ke lantai satu untuk makan malam. Jungsoo langsung berdiri dan menyongsong Jungkook.

"Gimana, Nak? Masih lemas, ya?" tanya Jungsoo dan diangguki Jungkook.

"Nak Jennie, kamu lanjut masak lagi. Opah jagain Jungkook di sini," perintah Jungsoo, dan Jennie mengiyakan perintah Jungsoo langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Jungsoo membantu Jungkook untuk duduk secara perlahan.

"Kamu ulangi lagi kejadian yang lalu?" ucap sang Opah, dan Jungkook menggaruk tengkuknya.

"I-iya, Opah. Jungkook keasyikan main, sampai lupa sarapan. Maaf, Opah," balas Jungkook dengan nada menyesal.

Jungsoo tersenyum dan merangkul bahu sang cucu. "Kamu tahu sepanik apa mama kamu, waktu dikabarin kalau kamu pingsan?"

"Pasti tanya terus tentang keadaanku. Iya, kan?" tebak Jungkook dan Jungsoo mengangguk.

"Mama kamu paniknya lebay banget. Tapi sekarang, ada yang lebih panik daripada mama," cetus Jungsoo secara tiba-tiba. Jungkook mengerutkan dahi tanda tak mengerti.

Jungsoo tersenyum. Seterusnya, jari telunjuknya menunjuk ke arah Jennie yang sibuk memasak. Membuat Jungkook heran dan bingung. Pikirnya, Jennie tak mungkin panik tentangnya.

"M-maksud Opah gimana?" tanya Jungkook tak percaya.

"Kamu tahu? Setelah makan siang, Jennie duduk di sebelah pintu kamarmu. Sampai-sampai dia ketiduran. Opah suruh dia buat tidur aja di kamar Somi, tapi dia nolak. Alasannya, kalau kamu bangun dan butuh sesuatu, dia harus ada disana," jelas Jungsoo menceritakan.

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang