=Apa iya?=

157 26 3
                                    

Di hari Minggu yang tenang, dengan suasana langit yang cerah ditambah kicauan merdu burung membuat hati Jennie makin merasa tenang dan meluap akan kegembiraan. Pasalnya, ia kini diizinkan untuk berkeliling rumah sakit menggunakan kursi roda. Tentunya bersama dengan si Bocah Tengil, Jeon Jungkook.

Walau jika dipikir, eksistensi seorang Jungkook yang selalu menemani Jennie, yang mana Jennie cukup terkenal seantero Korea Selatan dalam dunia bisnis, cukup membahayakan. Jennie tahu itu, tapi ia memutuskan tidak peduli.

Toh, cepat atau lambat semua orang akan mengerti pada akhirnya tentang pernikahannya dengan Jungkook.

Jennie tersenyum melihat langit saat matahari terbit. Begitu indah perpaduan warnanya, ditambah sinar matahari yang hangat. Kebahagiaan Jennie perlahan meluap dan menduduki perasaan perempuan itu.

Matanya berbinar saat matahari mulai muncul, lalu matanya mengarah ke sosok yang mulai menduduki tahta hatinya.

Dan disaat bersamaan, mata bulat itu juga menatap balik Jennie.

"Kenapa?" tanya Jungkook datar.

Jennie dengan mata terkejut menggeleng.

Tak ayal. Jennie kembali merasakan kupu-kupu berterbangan. Suasana hati pada pagi hari ini tidaklah buruk, malahan ini yang Jennie inginkan.

"Kata dokter, matahari pagi itu bagus buat tubuh, apalagi tulang," celetuk Jungkook sembari menatap cahaya matahari yang menyilaukan.

"Gara-gara itu lo ngajak gua ke sini?" tanya Jennie.

Jungkook mengendikkan bahunya. "Maybe? Lagipula, lo harus cepat sembuh. Mungkin cara ini ampuh."

"Ampuh. Apalagi kalau lo yang nemenin."

Jennie hanya bisa membatin, readers. Gengsinya masih kuat kalau waras begini.

"Jen. Kook. Dicariin ternyata berduaan di sini." Seokjin datang Haneul digendongannya.

"Loh, Abang ke sini? Hai Sayangnya Tante!" ucap Jennie setelah berbalik badan. Tante cantik itu memeluk ponakannya.

"Berdua aja, Bang?" tanya Jungkook setelah berpelukan ala-ala dengan si sulung di keluarga Kim.

Menggeleng jawaban dari Seokjin. "Bareng mamanya Haneul. Tadi maunya ngajak Byeola, tapi kakeknya ngelarang."

"Lah, terus Kak Sojung dimana?"

"Disuruh Haneul beli es krim di cafetaria."

"Gara-gara kapan hari lo beliin dia es krim tempat ini. Tiap hari ngerengek minta dibeliin es krim cafetaria," curhat Seokjin mengingat kebaikan Jungkook pada Haneul membawa petaka.

Jungkook tertawa kecil. "Dia mesti tahu kalau makanan di cafetaria itu enak-enak, Bang!"

"Enak pala lo. Hampir aja tiga hari si Haneul gak masuk sekolah gegara ini, doang," omel Seokjin kesal.

"Hush! Ada anaknya sendiri, loh!" tegur Jennie. Jungkook dan Seokjin tertawa kuda.

Tring tring tring!

Seokjin menatap sejenak ponselnya dan kemudian menerima panggilan teleponnya.

"Di taman, Ma. Bocahnya lagi berduaan sama suaminya," kata Seokjin. Pasti itu Sojung yang menelepon.

Dan benar. Berkisar dua menit setelahnya, Sojung datang dengan tampilan dress sederhananya. Keempat orang tersebut terpana dengan keanggunan Sojung.

"Cantik," puji Jennie dan Haneul.

"Kak Sojung kok makin cantik?" tanya Jungkook dengan wajah memujanya.

"Kook. Kapan bisa by one? Hm?"

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang