=(Not) Pretend=

224 42 18
                                    

"Pasien benar-benar harus istirahat total. Dan kalau bisa, pasien dilarang berpikiran yang berat. Karena hal itu bisa berpengaruh dengan pemulihan pasien. Kalau bisa, pasien dihibur."

Chinseon menghela napasnya.

Jennie pingsan di pelukannya. Untung sang menantu dengan cepat memanggil dokter. Dan syukur jika Jennie hanya pingsan. Namun, tetap saja membuat Nyonya Kim itu berpikir kondisi anaknya. Apa Jennie mengalami masalah yang serius, sehingga hal itu menjadi beban pikiran Jennie?

Dokter tersebut berpamitan dan undur diri dari hadapan Chinseon dan Jungkook. Chinseon pun duduk di bangku dekat pintu ruang inap. Ia bingung. Apa yang terjadi dengan Jennie?

"Jennie kenapa, Kook?" tanya Chinseon dengan tatapan hampa.

Jujur saja, Jungkook kelabakan mendengarnya. Untung saja mertuanya tak melihat dirinya yang sedang mencari jawaban.

"Em, Jungkook gak tahu, Ma." Jungkook menatap ke arah lain.

"Jennie gak pernah bisa nutupin masalahnya ke kami sekeluarga. Tapi kenapa kali ini dia diem aja?" tanya Chinseon lagi sembari mengelus puncak kepala anaknya.

Hening menguasai ruangan tersebut. Entah Chinseon yang terfokus menatap anaknya dan mengelus pelan tangan berinfus itu, atau Jungkook yang terdiam melamun dan duduk di sofa empuk.

"Nak," panggil Chinseon dan Jungkook merespon.

"Iya, Ma?" balas Jungkook sembari mendekati sang mama mertua.

"Sebelumnya, Mama minta maaf kalau lancang." Jungkook mengerutkan dahinya.

"Kalian berdua ada masalah?"

=M(Y)H=

Silau.

Lampu ruang inap yang di tempati begitu silau saat Jennie membuka matanya. Jennie tersadar dari pingsannya.

Mengerjapkan mata dan mengusap pelan kedua kelopak mata tersebut.

Setelahnya, kedua mata itu menjelajahi kamar inap yang ditempatinya. Tiada siapapun selain dirinya.

Menghembuskan napas beratnya. Ia sendiri.

Entah mengapa, Jennie masih saja mengharapkan pemuda itu ada di tempat ini. Padahal, Jennie tahu jika pemuda itu hadir, ia hanya akan mendapat luka. Dan itu memang benar.

Mata kucing itu perlahan mulai berkaca-kaca. Mengingat semua yang telah terjadi, Jennie rasanya ingin menangis.

Seharusnya, ia tidak mengagumi sosok itu.

Seharusnya, ia tak tenggelam dalam pesona itu.

Seharusnya, ia tak mempercayai orang itu.

Seharusnya, ia tak perlu merasa nyaman pada lelaki itu.

Seharusnya, ia tak bertemu dengan pemuda itu.

Seharusnya, ia menolak dan tidak pasrah akan perjodohan itu.

Dan seharusnya-

Jennie, tidak perlu jatuh hati dan mulai mencintai Jungkook.

Jadi, bolehkah Jennie menyesal sekarang?

Baiklah. Biarkan Jennie menangisi hatinya yang terasa pedih itu.

=M(Y)H=

Ceklek!

Pintu terbuka. Jennie pun menoleh dan mendapati sang ayah datang dengan Seokjin dan Haneul. Jungkook, mengekor dari belakang para pria yang Jennie sayangi.

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang