=Cincin jatuh=

283 42 3
                                    

Di depan kaca, Jennie terlihat makin cantik dengan riasan. Juga dengan gaun putih elegan, ia pakai di hari Selasa ini.

Hari pertunangannya dengan Jeon Jungkook, bocah jahil itu.

"Astaga, Yewon gak sangka kalau hari ini kakak akhirnya tunangan" Yewon tersenyum saat melihat wajah kakaknya dicermin yang begitu cantiknya.

Jennie tersenyum mendengar kata adiknya. Namun ada setitik rasa sedih karena pertunangannya bukan bersama Jong In, tapi orang lain yang akan menjadi calon suaminya nanti.

Tak mau berlarut dan berakhir dengan baper, Jennie membuang pikirannya itu. Ia seharusnya bahagia bahwa dirinya tidak lagi melajang, ya meskipun calon suaminya lebih muda darinya, bahkan tujuh tahun darinya.

"Kakak bingung dek" Yewon yang semula memakai aksesorisnya, kemudian menoleh saat Jennie berbicara.

"Kenapa bingung, kak?" Tanya Yewon sambil menghampiri kakaknya yang masuk duduk di depan cermin.

Jennie mengangkat kedua bahunya, ia tidak tahu apa yang ia bingungkan. Yewon melihat itu, mengernyit. Yewon sangat tak mengerti maksud Jennie ini.

"Emang, apa yang buat kakak bingung? Pertunangan ini? Atau bahkan pernikahan kalian nanti?" Jennie mulai paham apa yang dirinya bingung dan khawatirkan ini.

"I-iya, pernikahan. Kakak takut, karena pernikahan ini gak ada rasa cinta sama sekali antara kakak dan Jungkook. Dan apa pernikahan ini pasti bertahan dan akan bahagia? Sedangkan, kami berdua juga masih sakit karena hal yang sama, soal cinta" Jennie mengungkapkan semua kekhawatirannya pada sang adik.

Yewon tersenyum dan memeluk kakaknya agar Jennie tidak begitu sedih.

"Kakak tahu gak? Mungkin saat ini hati kakak masih belum bisa merasa baik karena kak Jong In. Tapi aku yakin, Tuhan pasti kasih yang terbaik sama kakak. Dan soal pernikahan dan Jungkook, kalian pasti bahagia kok. Atau bahkan, kalian jatuh cinta dan jodoh dari Tuhan itu Jungkook"

Jennie menatap Yewon sinis, sedangkan Yewon hanya tertawa karena berhasil meledek kakaknya itu.

"Ih, mana mungkin kakak cinta sama dia? Jahilnya minta ampun kayak gitu" Tungkas Jennie.

"Kak, di dunia ini gak ada yang mustahil kalau Tuhan mau. Gimana?"

Jennie makin menggeram karena perkataan Yewon, tapi ia juga berpikir. Apa benar pernikahannya akan bahagia seperti kata Yewon?

=M(Y)H=

"Ma"

Ji eun menoleh pada anak sulungnya, Jungkook.

"Kookie g-gugup, ma" Gumam Jungkook dengan menyebut nama kecilnya. Dan Ji eun sangat mengerti apabila nama itu disebut, Jungkook benar-benar membutuhkan dukungan dari banyak orang termasuk dirinya.

Ji eun menghampiri anaknya, lalu memandang Jungkook yang sudah berpakaian jas bak orang dewasa. Tak lupa ia mengusap bahu, pipi, dan rambut Jungkook penuh dengan sayang, walau tangannya tidak begitu sempurna menggapai rambut anaknya.

"Ganteng deh anak mama yang satu ini" Puji Ji eun, Jungkook mulai tersenyum malu dan menutupi wajahnya.

"Mama, jangan bilang gitu. Malu nih aku!" Seru Jungkook. Ji eun hanya bisa tertawa akan salah tingkahnya Jungkook, ia tahu letak kelemahan Jungkook, karena dirinya sangat mengenal betul anaknya.

"Kenapa anak gantengnya mama ini gugup, hm?" Tanya Ji eun sambil memegang kedua bahu Jungkook.

"Jungkook belum pernah ngalamin pertunangan, mungkin ini pertama kali buat Jungkook. Tolong tenangin Kookie, ma" Jungkook memelas pada mamanya.

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang