=Sarapan pagi=

170 26 17
                                    

"Na? Eunha?" 

Bangun pagi, Jennie sudah memanggil Eunha. Ya, bisa dibilang, Jennie mulai menemukan rasa aman dan nyamannya dengan Eunha setelah genap tiga minggu pada hari ini. Walau cemburu tak terelakan ketika Eunha berbincang dan bergurai dengan Jungkook tadi malam. 

Tapi tak apa. Jennie harus mulai percaya dengan perkataan Eunha kemarin sore.

"Gak ada. Eunha masih belum berangkat."

Jennie mendelik kaget saat tahu kalau Jungkook belum berangkat sekolah. Kadang, Jennie sedikit muak melihat Jungkook yang sekarang, tapi beberapa waktu, Jennie juga merindukan Jungkook sekaligus. 

"Kenapa? Kaget?" tanya Jungkook dingin dan Jennie tak bohong dengan mengangguk setuju.

Benak Jennie banyak bertanya, tapi enggan bertanya. Seperti, 

"Ini udah jam tujuh, tapi kok belum berangkat nih bocah?"

"Eunha kok belum berangkat kesini, sih?"

"Ngapain Jungkook nelat sekolah?" Dan lain semacamnya.

"Gua telat, karena nungguin lo bangun. Eunha bilang kalau dia bakal datang ke sini agak siangan karena jadwal cek kehamilannya. Jadi, mau gak mau, gua harus pastiin lo udah sarapan," terang Jungkook. Pemuda itu sibuk memotong buah-buahan.

Entah harus berekspresi seperti apa, tapi jujur, Jennie terlampau senang.

Akhirnya bocah yang ia rindu sekaligus benci itu masih tinggal sebentar setelah ia bangun pagi. Iya, walau kedengarannya pemuda itu terpaksa, tapi bagi Jennie itu sudah cukup.

"Nyawa lo udah kekumpul semua, kan? Nih, diabisin," titah Jungkook sambil menyodorkan sarapan seperti hari-hari biasanya.

Bubur gurih dan tumis gurita.

Jennie ingin sekali cepat sembuh hanya karena ia sudah bosan dengan makanan rumah sakit. Setiap hari setiap saat tidak ada perubahan pada menu makanan rumah sakit. 

Memang ada makanan pendamping seperti buah-buahan. Namun, Jennie sudah bosan memakan konsumsi yang sama. Bisakah Jennie mengganti menu ini jadi jjamppong?

"Em, bo-boleh makan yang lain gak, sih?" cicit Jennie memberanikan diri.

Nge-batin elit, ngomong sulit.

Jungkook langsung memandang Jennie datar. "Makan yang ada."

"Ta-tapi gua bosen makan bubur terus," balas Jennie mencicit.

"Kayak Bibimguksu, atau jjamppong sekalian gitu," tambah Jennie ngelunjak.

"Yaudah. Lo mau apa?" tanya Jungkook.

Jennie membulat. "Emang gak apa?"

"Oh, gak mau? Yaud—"

"Iya, mau, mau mau!" seru Jennie mengiyakan, membuat Jungkook merotasikan matanya.

"Mau apa?" 

Jennie berpikir sejenak. "Jjamppong sat—"

"Gak usah aneh-aneh. Masih pagi juga, malah minta pedes," larang Jungkook.

"Ih, gak asyik lo," ejek Jennie tanpa sadar.

Jungkook mengerutkan dahinya dan mulai kesal. 

"Udah bagus gua mau beliin, malah ngelunjak. Ingat, lo masih belum sehat. Nanti makan pedes, terus makin sakit, bikin panik orang lagi entar," omel Jungkook kesal.

Jennie berusaha menahan tawanya. Jungkook sepertinya juga terkejut kalau ia mengomel panjang. Sudah lama memang mereka berdua tak seperti ini. Jennie jadi rindu.

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang