"Gimana? Udah bisa cerita?" tanya Jennie sembari mengelus punggung sang suami.
Setelah menghembuskan napasnya tenang, Jungkook mengangguk dan menceritakan mimpinya yang membuatnya merasa sakit. Mimpi itu terasa sangat nyata sekali. Sampai-sampai, air matanya turun saat dirinya bercerita.
"Gu-gua takut itu bakal terjadi beneran," lirih Jungkook sembari mengusap air mata di pipinya.
Jennie terkejut mendengarnya. Mimpi Jungkook terdengar seperti pertanda. Namun, Jennie tak mau hal itu terjadi. Jennie tahu betul bagaimana Jungkook menyayangi sang Opah, sampai pemuda itu marah dengannya karena tidak bisa menjaga Jungsoo pada awalnya. Begitu pula Jungsoo yang menyayangi Jungkook dan Somi, bahkan dirinya juga.
"Udah. Gak usah punya pikiran kayak gitu. Pikirin aja sesuatu yang baik buat Opah. Kalaupun memang iya, kita gak bisa lawan kehendak Tuhan, Kook," tutur Jennie sembari menenangkan laki-laki itu.
Jungkook hanya terdiam dengan wajah murungnya. Jujur, Jennie makin sedih jika hal itu benar terjadi. Jennie bisa bayangkan, betapa hancurnya seorang Jungkook yang amat menyayangi Jungsoo.
"Mending, sekarang lu tidur lagi, aja. Lu butuh istirahat, biar bisa masuk sekolah," titah Jennie. Jungkook pun menurut. Tubuhnya menjadi lemas sekarang, terasa lelah sekali.
Akhirnya, Jennie membantu Jungkook merebahkan tubuhnya, lalu menaikkan selimut berwarna biru dongker itu ke atas hingga leher Jungkook. Setelahnya, mematikan lampu kamar. "Selamat tidur, Kook."
=M(Y)H=
"Selamat pagi, nak Jennie."
Jennie tersenyum dan membalas sapaan Jungsoo. "Pagi juga, Opah."
"Oh, iya. Gimana Opah? Apa nyeri dadanya sudah membaik?" tanya Jennie sembari menyiapkan sarapan di meja makan.
Jungsoo mengangguk. "Sudah. Cuma rasa nyerinya makin sakit."
"Opah sudah check up minggu ini?" tanya Jennie lagi.
"Belum. Opah belum sempat check up untuk minggu ini," jawab Jungsoo sembari duduk di kursi meja makannya.
Jennie menghela napasnya. "Opah. Harusnya Opah cepat check up. Jennie juga khawatir sama keluhannya Opah."
"Iya, Nak. Opah bakal check up. Terus, dimana Jungkook?" tanya Jungsoo bergantian.
"Mungkin lagi siap-siap sekolah-"
"Pagi, semua."
Jungkook datang dari arah tangga menuju ruang makan. Wajahnya terlihat lelah, tapi berusaha terlihat seperti baik-baik aja.
"Akhirnya kamu sekolah, juga. Mentang-mentang ketua organisasi, bolos terus seenak jidatnya," omel Jungsoo membuat Jennie terkekeh, sedangkan Jungkook memutar matanya malas.
"Tuh, dengar. Bolos aja terus. Dasar ketos malesan," cela Jennie.
Jungkook menghela napasnya. "Omel aja terus."
Jungsoo dan Jennie tertawa senang. Mereka ternyata sangat akrab soal menjahili Jungkook.
Sarapan pun sudah tersedia, dan mereka menikmati masakan Jennie lagi dengan menu yang berbeda. Sepanjang mereka sarapan, banyak pula yang diperbincangkan. Termasuk–
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Younger) Husband (Uncontinued)
FanfictionPERJODOHAN memangnya masih berlaku dijaman seperti ini? ah kulot sekali! Namun, itu tidak membuat Tuan Kim mengurungkan niatnya. Yakni, menjodohkan anak perempuannya kepada anak saudara 'angkat'nya. Jennie Kim. siapa yang tidak kenal CEO dari Kim'...