Seperti yang diputuskan oleh Jennie seminggu yang lalu, hari ini Jennie akan memulai terapinya. Tidak langsung terapi, Jennie masih harus melalui pemeriksaan mengenai kondisinya.
Walau dihantui oleh rasa ragu dan takut, Eunha selalu meyakinkan Jennie untuk tidak membatalkan kata-katanya beberapa hari lalu.
"Na, takut nih," ungkap Jennie. Ia terbaring di brankar sembari menatap Eunha yang berada di pintu kamar inap.
Kedua tangan Eunha mengepal tanda menyemangati wanita independen itu. "Gak apa-apa. Semangat, Kak!"
Jennie cemberut menahan kesal. Menghela napas dan mengangguk seikhlasnya.
"Oke, wali pasien boleh menunggu di luar kamar. Setelah pemeriksaan sudah selesai, nanti akan dipanggil oleh dokter Han," ucap suster berambut blonde dengan ramah.
Eunha mengangguk dan keluar, berdoa semoga hasil pemeriksaan Jennie menunjukkan peningkatan baik dan bisa memulai program terapinya.
Bruk!!
"Aduh!"
"Eh, maaf! Saya tadi jalan gak fok— Kamu?"
Eunha melebarkan mata bulatnya. "Om Dokter?!"
Pria tersebut menutup mulut Eunha paksa dan menarik Eunha ke pinggir lorong. "Ngomong, tuh, jangan keras."
"Salah sendiri Om nunjuk-nunjuk saya," sewot Eunha sinis.
"Sudah berapa kali saya bilang? Panggil saya Kakak, aja. Kita gak beda jauh."
"Tujuh tahun." Mata Eunha menyipit kesal.
Pria tersebut menghela napas dan mengangguk. "Iya, deh, iya. Terserah kamu, deh."
Eunha membuang muka dan melipat lengannya. Moodnya yang senang hari ini jadi berkurang, bahkan anjlok saat menemui dokter ini.
Tapi, kenapa keduanya bisa kenal?
"Em, by the way. itu perut kamu gak apa, kan? Takutnya tadi saya nubruk perut kamu terus si bakpao kesakit—"
"Udah dibilang, jangan panggil dia bakpao!" dengus Eunha. Makin lama mood Eunha makin anjlok.
"Eh, saya masih simpan foto janin kamu, dan pipinya kelihatan tembem, loh."
"Ih apa, sih, Om—"
"Ekhem. Permisi sebelumnya." Keduanya menoleh dan mendapati dokter Han sudah berada di depan mereka.
"Loh, Pak Seungcheol?" Yang dipanggil mengangguk canggung. "Kok akrab sama Eunha?"
Eunha dengan cepat menarik tangan dokter Han pelan ke sisi lain. "Eh, itu kebetulan aja, dok," ungkap Eunha dengan tawa canggung.
"Eh, jangan lupa nanti kamu ada jadwal cek kesehatannya si bakpao!" seru Dokter Choi atau biasa dipanggil Seungcheol itu.
Dokter Han yang mulai mengerti hanya tertawa kecil dan mengangguk pelan.
"Em, jadi gimana hasil pemeriksaan Kak Jennie, dok?"
=M(Y)H=
Ceklek!
Pintu terbuka dan Jungkook masuk kamar inap Jennie.
Menghela napas kasar dan membanting tas hitamnya ke sofa. Harinya penuh dengan banyak kegiatan serta rapat yang menguras energi. Entah para dewan guru pendamping yang cerewet dan banyak mau, beberapa anggota yang tidak aktif, budget kegiatan yang pas-pasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Younger) Husband (Uncontinued)
FanfictionPERJODOHAN memangnya masih berlaku dijaman seperti ini? ah kulot sekali! Namun, itu tidak membuat Tuan Kim mengurungkan niatnya. Yakni, menjodohkan anak perempuannya kepada anak saudara 'angkat'nya. Jennie Kim. siapa yang tidak kenal CEO dari Kim'...