Joohyun menatap Jennie bingung setelah bosnya itu menyuruh dirinya untuk menghubungi Park Jinyoung dan membatalkan seminar tiba-tiba, dengan alasan jadwal yang padat secara mendadak. Padahal, Joohyun sudah memberitahu Jennie, bahwa hari ini hanya ada dua jadwal yang dikurangi menjadi satu jadwal saja.
"Sudah kamu hubungi pak Jinyoung, kan?" tanya Jennie dan Joohyun mengangguk.
"Kalau begitu, setelah kita rapat nanti, saya mau pulang duluan," cetus Jennie tiba-tiba. Joohyun melongo mendengarkannya.
"Paham, Joohyun?" nada Jennie sedikit dingin, membuat Joohyun agak takut.
"I-iya, Bu. S-saya pamit, balik ke ruangan saya," pamit Joohyun sambil membenarkan kacamatanya. Jennie hanya berdeham saja, dan Joohyun segera kabur dari tempat Jennie berada.
Jennie menghela napasnya.
Pikirannya tak jauh dari tindakan bodoh Jungkook. Ya! Tindakan bodoh Jungkook!
Jennie serasa ingin mengumpat, atau bahkan jika diperbolehkan, ia akan mengabsen nama-nama binatang untuk Jungkook. Terlihat manis, kan?
Jennie tak mau, jika pernikahan yang ia awalnya tolak, dan terpaksa mengalah dengan tuan Kim, terbongkar karena teriakan tolol Jungkook. Untung saja itu tidak terjadi. Kalau terjadi? Jennie akan menghilang dari bumi seperti yang Dilan tak suka. Eh, kenapa jadi Dilan?
Jennie tahu, sangat tahu. Jika tindakannya yang membatalkan seminar secara tiba-tiba itu akan merugikan banyak pihak, namun tidak dirinya.
Dirinya rela dicap 'CEO yang tidak menepati janji', daripada melihat wajah suaminya yang aneh itu. Jennie jengkel melihatnya.
Sedetik kemudian, pikiran Jennie melayang pada kejadian tadi malam. Kejadian yang memalukan tapi membahagiakan juga itu terlintas dibenaknya. Dan Jennie tidak bisa berbohong, jika ia tersenyum mengingatnya.
Setelahnya, Jennie berpikir kembali. "Rasanya, kemarin isinya bahagia doang. Tapi, kenapa pagi ini, rese' banget, sampai gua pengen cakar muka tamvannya."
Ya, begitulah acara ghibah sendiri Jennie. Setidaknya, mengurangi emosinya, meski akan menambah dosanya nanti.
"Udah, Jennie! Kerjaan lu gak cuma mikirin satu orang. Masih banyak ribuan karyawan yang nasibnya ada ditangan lu. Pikirin itu!"
=M(Y)H=
Jungkook memutuskan untuk membolos jam pelajaran pak Choi. Iya, Jungkook tahu itu beresiko yang sangat amat tinggi. Namun dirinya tidak mood melihag wajah garang itu. Lebih baik, ia bersama dengan kedua abang gengnya dan sang ketos sedang berghibah soal seminar ini.
"Masa iya, sih, lu gak tahu alasan kakak lu batalin seminarnya?" tanya Jimin sambil memakan popcorn.
"Iya, tuh, bener! Lu, kan, adiknya kak Jennie. Masa iya gak tahu?" tambah Taehyung sambil bermain dengan asap vape yang baru saja ia keluarkan dari mulutnya.
"Astaga, Tae! Berapa kali udah gua bilang, jangan ngevape? Lu gak capek ngehisap mulu?" seru Yewon.
"Lu juga gak capek nyeramahin gua mulu," balas Taehyung dan Yewon mendengus kesal.
"Hoi! Lu gak tahu beneran, Yewon?" tanya Jimin lagi.
"Gua aja sebagai adiknya gak tahu sama sekali," jawab Yewon sambil merotasi matanya. Yewon juga ikutan kesal dengan tingkah kakaknya yang tiba-tiba ini.
Yewon melirik Jungkook yang tertidur- hanya terlentang disofa sambil menutup matanya dengan lengan tangan, agar tak silau.
"Atau, tanya aja sama suaminya, tuh! Bisa jadi, suaminya ngerti alasannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Younger) Husband (Uncontinued)
FanfictionPERJODOHAN memangnya masih berlaku dijaman seperti ini? ah kulot sekali! Namun, itu tidak membuat Tuan Kim mengurungkan niatnya. Yakni, menjodohkan anak perempuannya kepada anak saudara 'angkat'nya. Jennie Kim. siapa yang tidak kenal CEO dari Kim'...