=Not Alone=

200 34 11
                                    

Entah bagaimana, tepat jam lima pagi Jennie kini membuka matanya. Dia terbangun awal.

Matanya memburam, hingga ia menggosok pelan kedua matanya. Setelahnya, ia menangkap gambaran seorang pemuda yang tengah bersiap dengan seragamnya.

Parfum maskulin pun tercium oleh Jennie. Rambut tertata rapi, dengan penampilan yang tidak pernah membuat orang malas memandangnya.

Debaran pada jantung Jennie pun membuat sang empunya tersenyum semu. Pemuda itu tak mengetahuinya. Namun hal ini membuat Jennie bersyukur.

Pagi ini ia dapat melihat Jungkook sebelum ia menghilangkan diri tanpa berpamitan padanya seperti yang dibiasakan akhir ini.

Mata yang terus memperhatikan Jungkook kini sedikit memburam lagi karena air mata.

Menyaksikan Jungkook yang kini ada di hadapannya, memberikan rasa indah yang bercampur sakit yang tak diinginkan.

Jennie tak menyalahkan siapapun. Ia hanya terlanjur mencinta yang tak pernah ia duga. Hanya itu saja. Dan ia sadar, bahwa itu menyakitkan.



=M(Y)H=



"Kak? Bangun, yuk."

Mata Jennie kembali terbuka. Namun kali ini terasa sangat berbeda.

"Loh, mata Kakak kenapa sembab?" panik Eunha melihat mata Jennie.

Dengan segera, Eunha mengambil tumbler dinginnya dan perlahan menuntun Jennie untuk duduk.

"Permisi ya, Kak." Dan Eunha mengompres perlahan mata Jennie.

Setelah lebih dari 10 menit mengompres, mata Jennie nampak membaik. Eunha pun menghentikan kegiatannya.

"Udah mendingan, kan, Kak?" tanya Eunha dan Jennie mengangguk.

Eunha menghela napas. "Jungkook, kah?"

Sontak, Jennie terlihat murung dan hendak menangis. Eunha pun terkejut melihat Jennie yang mulai menangis.

"Eh, Kak! A-aduh, maaf. Sebentar! Tarik napas dulu. Ayo, tarik napas."

Eunha memimpin Jennie untuk rileks, dan Jennie pun menurut lalu mengikuti.

"Gini, kita sarapan dulu, ya? Abis itu, baru Kakak curhat. Oke?" ucap Eunha dan Jennie kembali mengangguk.

Eunha kini menahan gemas. Walau terlihat garang dan dingin, Jennie yang ada di hadapannya sekarang tak lebih dari bayi kucing yang penurut dan lembut.

"Oke! Hari ini kayaknya disiapin bibimbap. Pasti enak, nih!" kata Eunha sambil membuka nasi kotak yang biasanya tersedia.

"Makan ya, Kak." Eunha pun menyuapkan makanan untuk Jennie.

Sesi sarapan kini terbilang cepat, karena sepertinya Jennie sudah lapar, tapi ia tahan karena mengingat Jungkook.

Mungkin.

"Yeay! Abis, nih, Kak! Keren deh, Kak Jennie," puji Eunha bak memuji anak kecil.

Jennie pun tersenyum malu. Ia dirawat seperti balita.

Tok tok tok!!

Eunha segera membuka, dan nampak seorang dokter serta beberapa suster. Membungkuk untuk menyapa sopan tenaga medis yang hadir.

"Pagi, Dok," sapa Eunha dan begitupun sebaliknya.

Dokter perlahan mendekati Jennie. Perempuan itu tersenyum ramah pada dokter tersebut dan membungkuk sedikit untuk menyapa. "Pagi, Dok."

"Pagi. Gimana keadaannya, Bu?" tanya dokter Han.

Jennie menggeleng. "Jangan dipanggil Bu, Dokter. Saya disini itu pasien, bukan bos."

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang