=Ya, rumit=

135 19 10
                                    

Jam berdenting menandakan bagaimana sunyinya kediaman keluarga Kim yang besar itu. Bukan karena tidak ada penghuninya, tapi karena situasi yang menegangkan sedang berlangsung. 

Tentu perkara sore tadi diberitahukan oleh Yewon kepada Tuan Kim. Dan kini, baik Jungkook maupun Tuan Kim saling  berhadapan untuk membicarakan hal yang mengejutkan ini. 

Tentang Jungkook dan Eunha bertemu.

"Sudah dari kapan kalian ketemu?" tanya Tuan Kim dengan tenang.

Jungkook masih menutup mulut. Ia sedikit takut dengan kondisi seperti ini. 

"Kook, santai. Papa minta penjelasan, yang jujur, ya? And, consequence still consequence," tambah Wonshik dengan senyum tenangnya.

Jungkook menghela napas sejenak. 

"Jadi, Jungkook ketemu Eunha dua minggu sebelum Kak Jennie kecelakaan. Jungkook kaget kalau Eunha itu hamil sudah beberapa bulan. Jadi, Jungkook bawa Eunha ke rumah, karena Eunha tinggal di tempat yang gak layak, Pa. Dan setelah Kak Jennie kecelakaan, Eunha rela bantuin Jungkook buat temenin Kak Jennie kalau Jungkook lagi repot sama sekolah."

Tuan Kim menanggapi cerita Jungkook dengan anggukan paham, membuat Jungkook sedikit tenang ketika bercerita.

"Papa boleh tanya, Kook?" Jungkook mengangguk.

"Kamu sudah omongin sama Jennie kalau mantan kamu boleh tinggal di rumah kalian?" 

Pertanyaan sulit ini membungkam Jungkook. Bagaimana pun, Jungkook juga yakini, kalau masalah sekecil ini membuat Jennie kecelakaan. Jungkook sadari sekarang, dan ia harus jujur.

"Belum, Pa." Wonshik tersenyum simpul dan mengangguk.

"Oh iya. Alasan Eunha gak tinggal sama orang tuanya itu kenapa?" 

"Eunha diusir sama papanya. Sedari dropped out, malam itu juga Eunha diusir," terang Jungkook lagi lebih detail. 

Wonshik mengangguk paham. Situasi tidak lagi menegangkan, tapi justru Jungkook takut dengan aura tenang Tuan Kim saat ini. 

"Kook, ini pertanyaan terakhir Papa," ucap Wonshik dengan mata tegasnya.

"Kenapa masalah seperti ini gak kamu ceritakan ke Papa?"



=M(Y)H=



Jennie menghela napas. Sudah empat hari ini Jungkook tidak datang menjaga Jennie, yang berjaga kini Yewon.

Memang Jennie senang awalnya, tapi ketidakhadiran Jungkook membuat Jennie bertanya-tanya, dimana Jungkook sekarang?

"Mana?" Yewon mengalihkan pandangannya dari laptop ke Jennie.

"Apanya, Kak?" tanya Yewon balik.

"Jungkook."

Mata Yewon menyipit dengan senyuman mencurigakan. "Kepo banget, ya?"

"Masalahnya, tuh, kamu gak kasih tahu Jungkook dimana selama ini." Mata Jennie menyipit dengan malas, dan Yewon hanya terkekeh tengil.

"Iya, iya. Jungkook lagi dihukum Papa."

"HAH?!"

"Ih alay kakak mah," tambah Yewon dengan enteng.

Buk!

"Kakak!"

"Alay katamu?" seru Jennie makin kesal.

"Iya, Kakak yang alay. Ngapain cari cowok yang masih kecantol sama masa lalunya?"

Jennie membulatkan matanya, masa lalu kata Yewon?

"Em-maksud kamu?" tanya Jennie meminta penjelasan. Yewon memutar bola matanya malas. 

"Jujur sama aku. Penyebab Kakak kecelakaan itu pasti karena Eunha tinggal di rumah Kakak, kan?"

Jennie terkejut. Yewon mengetahuinya. Haruskah Jennie berkata jujur sekarang? Lagipula ini adalah kesempatan yang Jennie tunggu-tunggu kemarin. 

Jennie masih berpikir untuk menjawab pertanyaan Yewon di depan matanya. 

"Walaupun Eunha baik, dia mau jaga Kakak pas si Jungkook sekolah, dia mau rawatin Kakak, tapi semuanya gak segampang itu," tambah Yewon.

"Maksud kamu?" tanya Jennie tak paham.

Yewon menghela napas panjangnya. 

"Sekarang incaran anak buah mafianya bukan Eunha lagi, tapi Jungkook. Dan kalau Jungkook terus-terusan ke sini, Kakak pasti dalam bahaya," final dari penjelasan Yewon.

Jennie terdiam terkejut. Ia tidak tahu serumit apa kehidupannya sekarang. Hal sederhana yang ia inginkan, kembali berbaikan dan menjalani hubungan perjodohan ini dengan tenang. Itu saja. Namun mengapa bisa seberantakan ini?

"Dan sekarang, Jungkook udah gak di Seoul lagi. Om Juhyeon, tante Ji eun, Oma, Somi. Mereka semua gak di Seoul lagi."

Jennie menatap Yewon dengan tak percaya. 

"Itu kata Papa. Bukan karena emosi sesaat aku, atau usulan abang."

Mata kucing kini berair, bersamaan berantakannya hati Jennie saat ini. 

Ia baru saja menikmati berbaikannya hubungan dirinya dan Jungkook, si bocah tengil yang padanya Jennie mulai jatuh cinta. Si bocah tengil yang mencerahkan harinya kala pekerjaannya di waktu lalu terasa berat, bocah tengil yang selalu menjahilinya, bocah tengil yang selalu menanti masakannya di pagi hari.

"Kenapa?" Hanya itu kata yang mampu Jennie ungkapkan bersamaan dengan air matanya.



=M(Y)H=



"Heh, Bang! Target lo udah gua usir. Bilang apa coba sama gua?"

Pria di hadapan pemuda itu hanya berdecih. "Apa-apaan kamu."

Si pemuda mengernyit. "Dih, dikasih kesempatan lagi malah gak tertarik."

"Bukan begitu. Lagipula kalau sudah, ya biar sudah. Ngapain ganggu kehidupan orang lain?"

"Tapi hati lo terus keganggu terus lihat tuh orang, kan? Gua juga sama, Bang!" ungkap si pemuda dengan rokok di celah bibirnya. 

"Ingat, gua udah bantu lo. Pergerakan dia benar-benar gua batasi. Dia gak bisa kemanapun seenaknya dia. So, take the chance, Bang," tambah si pemuda itu sebelum menyemburkan asap rokoknya ke wajah yang tua.

Si Pria terrbatuk-batuk. "Dasar bocah ingusan!"

"Heh, ingusan gini bisa singkirin rival lo. Iya gak?" balas yang muda dengan senyum tengilnya.

Pemuda itu berjalan melalui si Pria dengan santai. Namun hanya tujuh langkah, ia berhenti.

"Nanti ada party, Bang. Join, lah, sekali-kali. Kalau ada orang yang tanyain elo, bilang aja Cha Eunwoo. Aksesnya terlalu gampang buat lo, karena gua."


--TO BE CONTINUED--

HEHHEEHEHEH SINGKAT


Meski alurnya berantakan, apa kalian akan tetap bertahan?

My (Younger) Husband (Uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang