3 bulan kemudian
"Kak! Mana seragam gua?" jerit Jungkook dari lantai dua, kamar tidurnya.
Jennie menghela napas sembari memasak sarapan. "Di lemari gantung, Boteng."
Setelahnya, tidak ada suara lagi. Mungkin Jungkook sudah menemukannya. Lalu, Jennie pun selesai dengan masakannya.
Disaat Jennie menata sarapan, Jungkook sudah bersiap dengan jaket dan tas yang sudah di punggungnya. Hal itu membuat Jennie mengerutkan dahi kebingungan.
"Loh? Elu kok udah siap, begitu? Gak sarapan?" tanya Jennie bingung.
Jungkook menggelengkan kepala. "Gak bakal sempat. Gua harus udah ada di sekolah jam setengah 7."
Jennie mengangguk paham. Ia memaklumkan Jungkook yang sudah menjadi kakak kelas sekaligus ketua organisasi siswa. Jadi, Jungkook harus mempersiapkan acara masa orientasi yang baik untuk adik-adik kelas barunya.
"Ya udah. Gua berangkat dulu-"
"Tunggu! Lu belum sarapan. Gua siapin bekal buat lu. Jangan berangkat, dulu," titah Jennie. Namun Jungkook berwajah datar. Mau tak mau, Jungkook menuruti Jennie yang bawel. Jungkook sekarang merasa sifat Ji eun mulai menempel ke Jennie.
Menunggu lama, Jungkook dibuat kesal. "Kok lama, sih? Gua berangkat, nih!"
Namun setelah mengancam, Jennie datang dengan kotak makan berwarna hitam. "Ngancam mulu bisanya."
"Lama banget, sih!" ketus Jungkook kesal sembari mengambil bekal dari Jennie, lalu menaruhnya di dalam tas.
"Gua bikin bekal lu itu udah cepat, loh, Boteng. Lu bilang itu lama?" balas Jennie yang kesal juga.
Ah, sudahlah. Jungkook tak ingin berdebat dengan istri tuanya ini. Bisa-bisa Jungkook tidak masuk sekolah nanti.
"Ah, udah! Gua berangkat, dulu," pamit Jungkook sembari pergi keluar.
"Tunggu!" Jungkook menoleh ke belakang dimana Jennie berada.
"Semangat, Ketos!" seru Jennie dengan gummy smile-nya.
Hati Jungkook langsung menghangat mendengar dukungan dari Jennie. Mengangguk dan tersenyum manis yang menjadi balasan dari Jungkook untuk Jennie.
=M(Y)H=
Hari ini Jennie lumayan sibuk. Ada beberapa rapat yang harus ia hadiri. Lumayan lelah, tapi Jennie mau menjalaninya. Karena ia menyukainya.
Ding dong~
"Yeoboseyo?"
"Jeon Jennie~ apa kabar lu, hah?"
"Nelpon nelpon macam rentenir aja, lu."
Di sebrang, Nayeon tertawa.
Yup! Bumil itu yang menelepon Jennie disaat bos cantik itu bekerja.
"Ada apa, Nay? Sehat-sehat, kan, lu?"
"Ya jelas, dong!"
"Jelas apaan?"
"Jelas capek. Hahaha!"
"Capek? Yaudah, masukin aja bayinya ke perutnya bang Sehun."
Keduanya tertawa bersamaan.
"Udah masuk berapa bulan? 3 bulan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Younger) Husband (Uncontinued)
FanfictionPERJODOHAN memangnya masih berlaku dijaman seperti ini? ah kulot sekali! Namun, itu tidak membuat Tuan Kim mengurungkan niatnya. Yakni, menjodohkan anak perempuannya kepada anak saudara 'angkat'nya. Jennie Kim. siapa yang tidak kenal CEO dari Kim'...