Dinda keluar dari kamarnya dan berjalan ke dapur untuk masak nasi goreng untuk dirinya dan Agustiar–ayahnya. Sejak kemarin malam, Agustiar tidak mau makan entah kenapa sebabnya, Dinda juga kebingungan karena pertanyaannya tidak dijawab.
Setelah berlama-lama bertugas di dapur, Dinda menghampiri Agustiar dan mengajaknya makan bersama dimeja makan. Dinda berdehem, "Ayah mau makan apa? Dinda udah masak ayam--"
"Dinda, maafin Ayah ... Ayah lakuin ini karena Ayah nggak mau di penjara," potong Agustiar memandang wajah Dinda dengan sendu.
"Ayah bunuh orang? Ayah kenapa? Cerita sama Dinda," ujar Dinda.
"Ayah punya hutang ratusan juta sama pak Boby, Ayah nggak bisa bayar karena uangnya Ayah pake buat keseharian kita, Din. Waktu itu, pak Boby liat kamu dan akhirnya dia mutusin kalau kamu harus jadi istri Nathan Aksara Pradipta, putranya, kamu mau?"
Seketika Dinda terdiam kaku setelah mendengar penuturan dari Agustiar. Mana bisa Dinda menerima perjodohan tak jelas ini? Dinda juga masih mampu buat bayar kalau Dinda kerja.
Tapi, untuk kedua kalinya Dinda mikir kembali. Akankah bisa seorang pelajar kelas sepuluh dan belum punya ijasah melamar kerja? Kalaupun Dinda tolak, Dinda tidak terima kalau ayahnya dipenjara.
"Sulit. Kenapa garis takdir Dinda harus kayak gini? Apalagi kak Nathan orangnya suka babuin Dinda, Dinda kan nggak suka! Lagian kita baru kenal." batin Dinda.
"Kamu mau kan, Din?" tanya Agustiar membuat Dinda tersadar dari alamnya sendiri.
Dinda tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya. "Tapi, Dinda punya satu syarat,"
"Apa?"
"Dinda nggak mau putus sekolah." ujar Dinda yang langsung disetujui oleh Agustiar. Ada rasa sedih dan bahagia yang menyelimuti kehidupan Agustiar kali ini.
Disisi lain, rasa sedih karena ia harus korbankan Dinda untuk menjadi bahan ganti dari hutang-hutangnya, dan disisi lain ia bahagia karena bisa melihat Dinda yang mau berkorban demi dirinya, juga berumah tangga.
"Bentar lagi pak Boby sama keluarganya dateng, kamu siap-siap, Din." ucap Agustiar diangguki oleh Dinda.
Setelah berlama-lama, Dinda mengintip dicela jendela yang menampakan mobil Avanza putih yang sudah ada didepan rumahnya.
Dinda memegang dadanya merasakan degup jantungnya yang bergetar. "Dinda deg-degan, Dinda takut kalau kena penyakit jantung, gimana ya?" gumam Dinda.
"Dinda." Dinda menatap Agustiar yang sudah berada diambang pintu, ia menghampirinya dengan tangan yang panas dingin.
"Dinda takut, jantung Dinda udah dangdutan Ayah, nanti kalau paru-parunya copot gimana?" tanya Dinda membuat Agustiar mendengus.
"Kamu ada-ada aja! Mana ada jantung yang dag-dig-dug yang copotnya paru-paru," ujar Agustiar membuat Dinda cengengesan.
"Kali-kali bercanda, Om." Agustiar berdecak lalu membawa Dinda keruang tamu. Sampainya di sana Dinda melihat seorang pria paruh baya yang masuk dengan gagahnya.
Dinda melihat wanita paruh baya dengan membulatkan matanya, begitupun dengan wanita itu.
"DINDA!"
"TANTE INCES!" Dinda berlari kearah Rena dan memeluknya, begitupun dengan Rena yang menampilkan wajah bahagia.
"Ah! Kalau tau menantu Tante kayak gini nggak usah pake lamaran! Besok langsung nikah, oke?" ucap Rena melepaskan pelukannya dan tersenyum kearah Dinda.
"Oh, kalian udah saling kenal?" tanya Agustiar diangguki oleh Dinda dan Rena.
"Duduk dulu Tante," ujar Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...