22. KECEPLOSAN

929 112 6
                                    

Dinda membuka matanya perlahan dan terkejut melihat Nathan yang berada dihadapannya, lalu melepaskan pelukannya dan bangun dengan setengah jiwanya.

"Dinda mimpi apa gimana, sih?" pikir Dinda mengucek-ngucek matanya masih tak percaya kalau Nathan ada di sampingnya, namun nihil! Ini nyata.

"Kak Nathan bangun," ucap Dinda menggoyang-goyangkan tubuh Nathan.

"Apa Dinda?"

"Kak Nathan sejak kapan di sini? Terus kenapa kak Nathan tidur di samping Dinda? Kak Nathan nggak apa-apain Dinda kan?" tanya Dinda terus-terusan.

Nathan terkekeh pelan melihat penuh kepada Dinda yang baru bangun tidur lalu mengoceh. Nathan menarik tangan Dinda dan memeluknya.

"Ka-kak Nathan? Sehat kan?" tanya Dinda gugup.

"Maaf atas kelakuan gue yang selalu sakitin lo, gue emang suami yang nggak bisa rasain perasaan lo Din, gue udah selingkuhin lo tapi lo tetep baik sama gue," ujar Nathan.

Dinda tersenyum lalu melepaskan pelukannya, menatap Nathan. "Karena Dinda suka sama kak Nathan, Dinda mau pertahanin hubungan ini,"

"Mandi sana, bau asem lo," ujar Nathan kembali merebahkan tubuhnya.

"Ih sotoy banget!" sosor Dinda berlari kecil ke kamar mandi.

Dinda pergi ke dapur dan mulai memasak nasi goreng ke sukaann Agustiar. "Selamat pagi anak Ayah," sapa Agustiar duduk di meja makan.

"Pagi juga Ayah," Dinda mematikan kompornya dan menuangkannya ke piring masing-masing.

Agustiar menyodorkan surat perjanjian untuk ke camping, Nathan yang melihat surat itu bingung. "Udah Ayah tanda tangan," ujar Agustiar.

"Makasih Ayahnya Dinda yang paling ganteng sedunia!" ucap Dinda mengambil surat itu lalu mulai makan nasinya.

Jam dinding menunjukkan pukul 06.30, karena Dinda selalu berangkat jam segini akhirnya Dinda menarik Nathan agar cepat memakai sepatunya.

"Ayok, ih!"

"Bentar Dinda, gue nggak bisa," terang Nathan pada Dinda.

"Tinggal pake sepatu udah kan? Nggak bisa apanya, sih?!" tanya Dinda kesal.

"Gue nggak bisa pake sepatu, lo kan tau," Dinda terkekeh pelan lalu mulai memakaikan sepatu pada Nathan.

"Udah, ayok-ayok ih! Nggak sabar," ujar Dinda melihat Nathan yang meraih kunci motornya dengan slowmo.

"Nggak sabar mau ketemu siapa? Ketemu Angkasa? Abang ganteng? Gitu?" tanya Nathan.

"Kalau iya--"

"Lo itu istri gue, jangan liat cowok-cowok kayak mereka, gue nggak suka." potong Nathan berjalan lebih dulu.

Dinda menghembuskan nafasnya gusar lalu menyusul Nathan setelah berpamitan dengan Agustiar. Dinda pakai helmnya cepat-cepat lalu naik ke motor dan memeluk Nathan.

"Ayok berangkat mas suami!" seru Dinda dibalas dengan deheman oleh Nathan.

Sepanjang jalan tak ada satu kata yang keluar dari mulut Nathan maupun Dinda, keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.

Dinda melepaskan pelukannya perlahan dari tubuh Nathan membuat si empu melihat Dinda dari kaca spion.

Nathan memberhentikan motornya dan mengambil kunci motornya setelah memakirkan di tepat parkiran biasanya. Nathan melepas helmnya dan menunggu Dinda turun.

"Kenapa nggak turun?" tanya Nathan membuka suara. Dinda turun dari motor Nathan dan menaruh helmnya di motor Nathan. Begitu pun dengan Nathan.

Nathan melepaskan jaketnya dan menalikan di pinggang Dinda.

GARIS TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang