19. MUNDUR ATAU MAJU?

1.3K 131 2
                                    

Suara riuh di kantin hari ini membuat seorang Dinda dan Nathan risih, kini Saturnus sudah tau jika hubungan Nathan dan Jessie putus, juga beranggapan Dinda yang sudah menjadi orang ketiga diantara Nathan dan Jessie.

"Pinter sih iya, tapi nggak perlu rebut pacar orang dong."

"Udah good looking tapi nggak tau diri, ya!"

"Nathan sama Jessie putus gara-gara Dinda tau ihh!"

"Kak, capek tau dibilang Dinda jadi pelakor!" adu Dinda pada Nathan.

"Terima aja, sih, lagian lo kan istri gue jadi lo harus ada di sisi gue suka dan dukanya," ujar Nathan dengan cuek.

"Terus kenapa nggak dikasih tau kalau kita udah nikah? Biar semua orang nggak ledekin Dinda terus," tanya Dinda menatap Nathan sembari memasukan bakso kemulutnya.

"Pertama kita nikah dibawah umur, kedua tipe gue yang cantik-cantik, ketiga gue nggak mau ngakuin lo sebagai istri gue, keempat lo nggak ada spesial-spesialnya dibanding Jessie," ucap Nathan.

"Lihat Dinda. Dinda itu udah cantik! Masa kak Nathan masih nggak bisa ngakuin kalau Dinda cantik, sih?! Kapan kak Nathan suka sama Dinda, kak Nathan bucinin Dinda, kak Nathan jadiin Dinda perempuan satu-satunya dihidup kak Nathan! Kapan?" protes Dinda menghela nafasnya jengah.

"Nggak akan Dinda! Gue nggak akan pernah suka sama lo! Lo liat diri lo nggak, sih? Pantes nggak lo dampingi gue?" tanya Nathan dengan nada menekan setiap katanya.

"Pantes. Dinda pantes dampingi kak Nathan, Tante Rani aja bilang kalau Dinda cocok sama kak Nathan!" timpal Dinda membuka kacamatanya.

"Nggak cocok Adinda!" hina Nathan menggebrak meja hingga semua siswa siswi yang dikantin melirik kearahnya. Begitupun dengan meja Angkasa.

"Cocok! Kalau Dinda bilang cocok pasti cocok!"

"Nggak!"

"Pokoknya cocok! Dinda nggak mau tau pokoknya cocok!" seru Dinda berdiri meninggalkan Nathan dikantin.

Dinda menghentakkan kakinya dan duduk dikoridor seorang diri, melihat siswa siswi yang berpacaran berlalu lalang dihadapannya.

"Kapan Dinda bisa rasain kayak mereka?!"

Rigel duduk di samping Dinda tanpa melihatnya. "Cantik-cantik tapi pelakor," cibir Rigel.

"Kalau Rigel ke sini buat ledekin Dinda mending pergi, Dinda lagi mau sendiri, nyesel tau nggak punya temen kayak Rigel yang baik, tapi ujungnya main fisik juga kayak kak Nathan," desis Dinda.

Rigel menatap Dinda yang seenaknya menyeplos dirinya main fisik. "Dih, enak aja lo samain gue kayak Nathan, kalau Nathan kesemua cewek jelek dia main fisik, kalau gue kan cuman sama lo,"

"Iya sama Dinda aja, karena Rigel cuman punya Dinda buat di olok-olok," timpal Dinda mendengus.

"Hm. Hari ini cafe kosong, lo mau nyanyi lagi nggak? Eits, bukan berarti gue bukan musuh lo. Gue hanya kasian liat lo nganggur gini,"

"Duhhh, omongan Dinda ternyata benar, kalau cafe itu yang butuhin Dinda. Secara kan Dinda itu cantik, imut, fans Dinda banyak, suara Dinda bagus, keren, fashion Dinda unyu-unyu, Dinda juga--"

"Nggak usah banyak tanya, langsung jawabannya aja, mau apa nggak?"

"Mau deh, secara kan--"

"Risih banget lo! Lama-lama bisa setres gue deket lo," cibir Rigel berdiri dari duduknya, begitupun dengan Dinda.

"Rigel itu kalau deket Dinda kayak matahari deh, kepanasan mulu kayak mau pergi dari Dinda gitu." ucap Dinda menaik-turunkan kedua alisnya.

"Iya deh iya, terserah lo aja."

GARIS TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang