33. SEMBILAN PLANET

770 119 5
                                    

"Kak Kiran?!"

Semua kelas MIPA 2 langsung menengok ke arah jendela belakang melihat sosok Dinda di sana, sedangkan Dinda yang sudah terekspos terdiam kaku.

Pak Ujang keluar dan menghampiri Dinda. "Nagapain kamu di sini? Cepat masuk kelas, jangan ganggu pelajaran anak dua belas,"

"Ma-maaf pak, saya di hukum sama Bu Lesti," ujar Dinda gugup.

"Bagus ... pinter-pinter dihukum, baru aja kamu kelas sepuluh, apalagi kalau sudah kelas dua belas, cepat kerjakan hukuman kamu," ucap Pak Ujang membalikkan tubuhnya dan berjalan.

Tak jauh dengan pak Ujang, Dinda langsung mencibir. "Mentang-mentang mau nikah belagu!"

"Dinda! Saya denger omongan kamu! Saya itu guru kamu, hargai saya dan sopan sama saya!" ucap pak Ujang tegas.

"Udah pak udah jangan marah-marah, nanti cepet tua lho pak, kasian Bu Rika kalau bapak udah tua duluan, ups! Kan udah tua," ucap seseorang yang ternyata Rigel yang sudah berada di samping Dinda.

"Rigel! Ngapain kamu ke sini? Masuk kelas!" suruh Pak Ujang.

"Saya di hukum juga pak, saya nggak sengaja narik bangku Violla sampe nangis jadi saya dihukum, kebetulan Bu Lesti lewat ke kelas saya dan suruh saya buat temenin Dinda. Udah pak Ujang lanjut saja ngajarnya, biar saya jagain Dinda." ucap Rigel diangguki oleh Dinda.

"Betul tuh pak,"

"Awas aja kalian berdua buat onar!" ucap pak Ujang dengan tatapan tajam.

Dinda berdecak mendorong Rigel agar menjauh dari sisi kanan kiri depan belakang Dinda.

"Jangan deketin Dinda," perintah Dinda dingin, dan melanjutkan pelannya sampai koridor utama. Tapi karena Rigel jail ia terus menginjak lantai yang sudah Dinda pel.

Dinda melempar pel-annya dengan kasar lalu menghampiri Rigel dan menjewernya.

"Rigel bisa nggak sih jangan ganggu Dinda! Dinda itu lagi dihukum!" ucap Dinda melepaskan jewerannya pada Rigel.

Rigel mengusap kupingnya yang merah dan cemberut pada Dinda.

"Apa liat-liat! Berani lawan Dinda, hah?!"

"Lo lagi pms ya? Galak amat," cibir Rigel.

"Nggak. Udah sana pergi, Dinda mau ngepel lagi!" ujar Dinda mengambil pel-annya dan mulai mengepel kembali di koridor Rigel menginjakkan kakinya.

"Kalau gue lamar lo boleh nggak?" tanya Rigel membuat Dinda memberhentikan aktivitasnya.

Dinda menoleh ke arah Rigel dengan tatapan tajam, dan Dinda mulai mendekati Rigel. "Jangan coba-coba lamar Dinda."

"Kenapa? Lo jomblo kan?"

"Dinda masih sekolah! Dinda juga nggak mau nikah sama Rigel yang ngeselin!"

"Kalau sama Ares?"

"Tau apa Rigel soal Ares? Nggak usah ngaco! Udah sana!" usir Dinda pada Rigel.

Rigel mengambil ember pel-annya membantu Dinda untuk ke kamar mandi lewat lorong samping sekolah.

"Ares mantan kontrak lo, gue tau kali tentang hubungan lo sama Ares, jangan kira gue kuno. Oh ya, soal karir lo di cafe sorry ya sempat berhenti," ujar Rigel.

"Hm, nggak apa-apa, lagian males juga Dinda nyanyi di cafe kalau yang nonton setianya Rigel," cicit Dinda.

"Dih, nih anak ngeselin! Bagus-bagus ada yang nonton, dari pada nggak ada sama sekali!" timpalnya.

Dinda merebut ember dari tangan Rigel dan masuk ke kamar mandi cewek dan menaruh ember tersebut. Setelah kepergian Rigel tadi, Dinda memasang wajah dinginnya kembali dan berjalan ke arah kantin untuk istirahat. Karena percuma ia kembali ke kelas kalau sebentar lagi istirahat.

GARIS TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang