Bara menatap ke arah Nathan dan Dinda yang saling terdiam, ia tau kalau dirinya harus segera pergi meninggalkan suami istri itu.
"Bro, gue pulang duluan ya, selesain masalah lo dengan kepala dingin." ucap Bara menepuk pundak Nathan dan mengendarai motornya.
Setelah kepergian Bara, tangan Nathan ingin menyentuh Dinda tapi Dinda menangkasnya. "Ngapain pegang-pegang?"
"Din, ngapain lo nginep di rumah Angkasa?" tanya Nathan.
"Apa urusannya sama kak Nathan? Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi, kak Nathan sendiri yang akhirin kan? Tanggung jawab kak Nathan juga udah nggak ada buat Dinda," ucap Dinda.
"Ya ... tapi kemarin gue nggak sengaja ngomongin kayak gitu! Kita bisa sama-sama lagi! Gue bakal suruh Jessie buat jadi saksi waktu perpisahan--"
"Cukup kak! Mau sebanyak kak Nathan usaha buat dapetin Dinda, Dinda nggak akan mau balikan sama kak Nathan, Dinda udah kasih banyak peluang buat kak Nathan sadar diri dan perbaikan diri, tapi itu nggak ada hasilnya!"
"Sekarang kak Nathan ngapain ngemis-ngemis sama Dinda? Kak Nathan bilang kak Nathan nggak pernah suka, kak Nathan benci sama Dinda, kak Nathan juga romantisin Dinda cuman formalitas. Nggak serius kan?"
"Gue serius!"
"Nggak! Nggak ada yang namanya serius kalau ciuman sama orang lain! Enak ya berdua di kamar tanpa tau kalau udah punya istri! Kak Nathan tuh udah gede, jangan mau di omongin sama Dinda,"
"Ya gue khilaf! Gue minta maaf!"
"Maaf nggak akan bisa ngerubah apa yang udah terjadi, Dinda udah bosen denger kata 'maaf' dari mulut kak Nathan. Udah ya kak, Dinda bakal lunasi hutang Ayah, Dinda nggak mau berurusan sama kak Nathan lagi." ucap Dinda meninggalkan Nathan, tapi Nathan tetep kekeuh agar Dinda tidak meninggalkan dirinya.
"Din ... oke gue terima semuanya, tapi tolong, biarin gue anterin lo ke rumah." ucap Nathan.
***
Dinda turun dari motor Nathan dan masuk ke rumah, tidak sangka kalau di rumah ada Boby dan Rena. Dinda senyum dan menyalami mertuanya. Bukan. Mantan mertuanya.
"Din, kata Nathan kamu nggak pulang semalem, kamu ke mana? Nathan sampe cari ke rumah mama," ujar Rena.
"Dinda nginep di rumah temen. Mah, Yah, maafin Dinda selama jadi menantu keluarga Pradipta, dan makasih udah mau terima Dinda dengan lembut. Hari ini Dinda bukan lagi jadi bagian keluarga Pradipta,"
Rena dan Boby saling tatap menunggu jawaban dari Dinda, begitupun dengan Nathan yang ikut penasaran.
"Dinda sama kak Nathan udah pisah, tapi Mama jangan salahin kak Nathan, ini salah Dinda kok, Dinda minta maaf, Dinda bakal lunasi hutang Ayah sampe selesai," ujar Dinda.
"Soal itu kamu nggak usah bayar Din, kamu jadi menantu Mama juga udah selesai hutang itu," ucap Rena tersenyum sebisa mungkin, walau faktanya wanita paru baya ini ingin menangis.
"Nggak Mah, Dinda tetep mau lunasi. Dinda pamit ke atas buat beresin barang-barang Dinda," ucap Dinda langsung pergi ke kamarnya.
Setelah Dinda pergi, Rena hanya menangis di dada sang suami, Nathan yang melihatnya ikut bersedih dan menyusul Dinda ke atas.
Nathan membuka pintu kamar Dinda dan duduk dihadapan Dinda yang menangis sesenggukan.
"Kita bisa satu rumah walau nggak ada hubungan apapun Din," ujar Nathan.
"Lo bebas ngelakuin apapun di rumah ini Din, gue nggak bakal nge-babuin lo, tapi lo harus tetep tinggal di sini," ujarnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...