Setelah meredakan Bara yang nangis gara-gara diledek pak Ujang, kini Clarita mengusulkan untuk memanggil Ana yang siapa tau meluluhkan hati Bara.
"Din, panggil Ana dong, gue mau kenalan lebih deket dan ya ... siapa tau kak Bara bisa suka sama Ana," ujar Clarita.
"Betul! Dari pada lo murung gara-gara diputusin Vera mending cari yang baru, gini ya bang, cewek tuh kadang minta putus tapi masih ada rasa sayang terus ujungnya nangis-nangis nggak jelas! Udah cari yang baru aja! Lagian Vera udah ada Gino!" timpal Rigel yang seakan-akan tidak ada Vera. Padahal sudah jelas bahwa Vera duduk tepat di sampingnya.
"Lo nyindir gue?"
"Gue? Nyindir lo? Ya jelas nggak! Lo aja yang merasa ke sindir," ucap Rigel terkekeh pelan.
"Ih udah ah ayok Din bawa Ana." suruh Clarita.
Dinda menganggukkan kepalanya di berjalan di ikuti oleh Nathan di belakang Dinda, Dinda menoleh ke arah Nathan dan menarik tangannya.
"Apa sih pegang-pegang? Takut ilang gue nya?" tanya Nathan.
"Nggak. Je. Las. Banget sih!" tukasnya.
Cukup lama membujuk Ana untuk ikut berkumpul akhirnya Ana pun ikut berkumpul dan sudah diijinkan oleh Vika.
Ana duduk di samping Vera dan berhadapan dengan Bara, sedangkan Clarita sedang menyantap makanannya.
"Ayok," ucap Dinda menyenggol Bara.
"Ayok ke mana?"
"Kenalan, masa diem-diem aja sih, siapa tau Mba Ana bisa isi hati kak Bara kan? Masa kak Bara yang tadinya bobrok jadi sedih," ujar Dinda diangguki dengan Clarita.
"Betol!"
Bara menyodorkan tangannya ke Ana tapi melirik Vera lalu kembali pada wajah Ana. "Gue Bara, panggil aja Arga."
"Oke, aku Ana sekolah di SMA Pelita." ujar Ana menerima tangan Bara.
Vera membulatkan matanya penuh melihat tangan Bara yang bersalaman dengan Ana. "Apa sih itu! Kak Bara juga ngapain sih harus kasih nama panggilan khusus!" batinnya.
Bara melepaskan tangannya dan tersenyum kecil. "Sebenarnya nama asli gue Bara Margarent, nama Arga gue ambil dari Margarent, itu khusus buat lo."
Dinda dan Clarita tersenyum senang melihat Bara yang sweet. "Aaaaaaaaa pengen teriak!"
"Lo udah teriak, Din." sahut Nathan cuek, dan kembali fokus pada ponselnya yang sedang bermain game dengan Angkasa.
"Oke, jadi pertemuan kita di sini apa kalau gue boleh tau? Soalnya gue lagi sibuk sama kerjaan gue di rumah," ucap Vera membuka suara.
"Ya udah kalau lo lagi sibuk mending pulang aja, dari pada lo di sini nggak ada yang--awhh! Sakit Clar," Rigel memegang pinggangnya yang sakit sebab cubitan Clarita.
"Cara ngomong lo itu kaya ngusir Vera, emangnya lo punya dendam apa sih sama Vera? Heran gue sama lo," gerutu Clarita.
"Kan Dinda udah bilang kalau Dinda kangen ngumpul-ngumpul, lagian juga kita terakhir loh liat kak Bara, Kak Nathan, sama Kak Angkasa di sekolah kita. Apalagi kak Angkasa, dia bakal keluar kota kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Roman pour Adolescents(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...